
'Disiram' Kabar Baik Ini, Saham ANTM-INCO dkk Babak Belur!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten tambang nikel kompak ambrukĀ pada awal perdagangan pagi ini, Senin (21/6/2021). Pelemahan ini melanjutkan penurunan yang setidaknya dimulai sejak Jumat (18/6) pekan lalu.
Berikut gerak saham-saham nikel, pukul 09.11 WIB:
- Pelat Timah Nusantara(NIKL), saham -6,19%, ke Rp 1.060, transaksi Rp 102 juta
- Trinitan Metals and Minerals (PURE), -5,00%, ke Rp 114, transaksi Rp 562 juta
- Timah(TINS), -3,65%, ke Rp 1.450, transaksi Rp 2 M
- Central Omega Resources (DKFT), -2,72%, ke Rp 143, transaksi Rp 107 juta
- Aneka Tambang (ANTM), -2,24%, ke Rp 2.180, transaksi Rp 33 M
- Harum Energy (HRUM), -1,80%, ke Rp 4.910, transaksi Rp 1 M
- Vale Indonesia (INCO), -1,39%, ke Rp 4.250, transaksi Rp 7 M
Apabila menilik daftar di atas, saham NIKL menjadi yang paling merosot, yakni mencapai 6,19% ke Rp 1.060/saham. Pada Jumat lalu (18/6), saham ini juga ambles 3,83%. Dengan ini, dalam sepekan saham NIKL anjlok 10,29%.
Di posisi kedua, ada saham PURE yang tergerus 5,83% ke Rp 113/saham. Mirip dengan saham NIKL, saham PURE kembali melemah, seperti pada penutupan Jumat pekan lalu ketika saham ini menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,98%.
Setali tiga uang, saham emiten pelat merah, ANTM, juga tersungkur 2,24%, melanjutkan pelemahan pada Jumat minggu lalu ketika ditutup ambrol 4,29%. Praktis, dalam sepekan saham ANTM melorot 9,54%, sementara dalam sebulan ambles 10,33%.
Di tengah anjloknya saham-saham emiten nikel di atas, sebenarnya sektor tersebut baru saja mendapatkan 'suntikan' sentimen terbaru terkait pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV battery) di Tanah Air.
Melansir CNBC Indonesia (21/6), Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa groundbreaking (peletakan batu pertama) pabrik baterai kendaraan listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) akan dilakukan pada bulan depan alias Juli 2021.
Dia menyebut, pabrik hasil konsorsium dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG Chem dan asal China, Contemporary Amperex Technology (CATL) ini menjadi investasi terbesar di RI setelah masa reformasi. Nilai investasinya mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun.
"LG ini sudah mulaigroundbreakingbulan Juli, paling lambat Agustus awal kita sudah kita bangun, ini bukan cerita dongeng, ini sudah kita lakukan," kata Bahlil dalam Rakornas HIPMI, Sabtu (19/6).
Sejalan dengan akan segera dibangunnya pabrik ini, lanjutnya, pemerintah telah melakukan pelarangan ekspor nikel ke luar negeri. Pasalnya nikel ini akan menjadi bahan baku utama produksi EV battery ini nantinya.
Targetnya, dengan adanya IBC ini akan menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai untuk kendaraan listrik terbesar di dunia.
"50% komponen dari baterai mobil listrik adalah baterai, dan baterai itu bahan bakunya paling besar itu adalah nikel dan nikel 25% total cadangan dunia itu ada di Indonesia, mangan ini paling banyak di Sulawesi Tenggara, lalu Kobalt yang merupakan produk turunan dari nikel. Hanya litiumnya kita impor dari Australia," jelasnya.
Lebih lanjut, dia juga menyinggung mengenai keterlibatan pengusaha lokal dalam proyek besar EV battery ini. Pengusaha dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel bisa turut andil nantinya.
"Investasi yang masuk wajib bergandengan dengan pengusaha daerah kalau nggak bisa bagaimana caranya biar bisa dengan cara kita, nggak boleh pengusaha daerah hanya jadi penonton, pengusaha daerah harus ikut, dan harus ikut mengambil bagian," tandasnya.
Untuk diketahui pabrik ini akan dibangun di Kota Deltamas, Karawang, Jawa Barat. Pada pembangunan tahap pertama ini akan memiliki kapasitas produksi 10 gigawatt hour (GWh) dengan offtaker dari Hyundai.
Sebelumnya Bahlil Lahadalia mengatakan, pembangunan tahap pertama pabrik ini memiliki kapasitas produksi baterai mencapai 10 Giga Watt hours (GWh), yang nantinya akan dipakai untuk kendaraan listrik dari Hyundai.
IBC atau PT Industri Baterai Indonesia dibentuk oleh empat BUMN yaitu Mining and Industry Indonesia (Mind Id), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Antam, yang memiliki mandat khusus untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (electric vehicle battery/EV battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Sementara itu, konsorsium LG terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO dan Huayou Holding.
LG Energi Solution saat ini merupakan salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. LG Electronics (LG Group) merupakan perusahaan terbesar kelima di Korsel pada tahun 2020 menurut majalah Fortune.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan...Cuan! Asing Ramai-ramai Lepas Saham 4 Emiten Nikel Ini
