
Gokil! Harga Nikel Rekor, Saham ANTM-INCO cs Diburu Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten nikel menguat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (10/9/2021), di tengah kenaikan nikel dunia yang berhasil menembus harga tertingginya sejak 2014.
Berikut pergerakan saham nikel, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.30 WIB.
Harum Energy (HRUM), saham +3,96%, ke Rp 5.250/saham, transaksi Rp 5 M
Aneka Tambang (ANTM), +3,28%, ke Rp 2.520/saham, transaksi Rp 233 M
Timah (TINS), +2,33%, ke Rp 1.535/saham, transaksi Rp 32 M
Vale Indonesia (INCO), +1,96%, ke Rp 5.200/saham, transaksi Rp 41 M
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +1,90%, ke Rp 1.075/saham, transaksi Rp 274 juta
PAM Mineral (NICL), -3,16%, ke Rp 89/saham, transaksi Rp 5 M
Menurut data di atas, saham emiten taipan Kiki Barki HRUM menjadi yang paling menguat dengan kenaikan 3,96% ke Rp 5.250/saham, melanjutkan kenaikan 1,20% pada perdagangan kemarin.
Dalam sepekan saham HRUM menguat 4,50%, sementara dalam sebulan naik tipis 0,48%.
HRUM membukukan pendapatan sebesar US$ 115,72 juta atau setara dengan Rp 1,66 triliun (kurs Rp 14.500/US$) sepanjang paruh pertama tahun 2021.
Pendapatan ini tercatat naik 12,85% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 102,55 juta (Rp 1,49 triliun).
Meskipun pendapatan perusahaan naik, laba bersih HRUM malah tercatat menyusut setengahnya atau turun 52,77% dari semula mencapai US$ 21,93 juta (Rp 317,98 miliar) pada semester I-2020, kini terkoreksi menjadi US$ 10,35 juta (Rp 150,07 miliar).
Kedua, saham emiten pelat merah ANTM berhasil terkerek 3,28% ke Rp 2.520/saham, usai melesat 5,17% pada perdagangan Kamis kemarin. Dalam sepekan saham ini naik 6,81%, sedangkan dalam sebulan terapresiasi 4,58%.
Saham INCO dan TINS juga menguat masing-masing 2,45% dan 2,00% pada pagi ini.
TINS berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 270,05 miliar pada semester pertama tahun ini.
Perolehan ini berkebalikan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian sebesar Rp 390,07 miliar.
Mengacu publikasi laporan keuangan perusahaan, TINS mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 27% dari Rp 8,03 triliun menjadi Rp 5,87 triliun. Namun, perolehan EBITDA meningkat menjadi Rp 1,04 triliun dari sebelumnya Rp 348 miliar.
Sebelumnya, harga nikel dunia melesat pada perdagangan Kamis kemarin, menembus harga tertingginya sejak 2014. Laju harga nikel didorong oleh meningkatnya permintaan.
Pada perdagangan Kamis (9/9/2021) pukul 11:00 WIB, harga nikel tercatat U$ 19.957.50/ton. Naik 1.38% dibanding penutupan perdagangan Rabu.
Permintaan nikel datang dari penjualan mobil listrik dunia yang terus bertumbuh dengan pesat. Penjualan mobil listrik dunia pada semester-I 2021 meroket 160% year-on-year (yoy). Fastmarkets memperkirakan penjualan mobil listrik ini akan terus meningkat seiring dengan wacana pengurangan emisi karbon dunia dalam menghadapi perubahan iklim global.
"Penetrasi EV akan mencapai 15% pada 2025, dan kami memperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 35% pada tahun 2030. Ditambah dengan pertumbuhan permintaan dari aplikasi seperti sistem penyimpanan energi (ESS), perangkat 5G, dan Internet of Things (IoT)) infrastruktur," kata Fastmarkets dalam laporan baru-baru ini.
Penjualan mobil listrik yang meroket ini menular ke permintaan baterai mobil listrik di mana nikel adalah salah satu kompenen utamanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Disiram' Kabar Baik Ini, Saham ANTM-INCO dkk Babak Belur!
