Jangan-jangan Taper Tantrum Sudah Terjadi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2021 12:01
mata uang dolar rupiah dollar
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve/The Fed memang masih menahan suku bunga acuan. Namun sepertinya kenaikan Federal Funds Rate bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan semula.

Awalnya, para peserta rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) condong dengan perkiraan suku bunga acuan baru naik pada 2023. Namun dalam proyeksi terbaru yang tercermin dalam dotplot, semakin banyak anggota FOMC yang memperkirakan suku bunga acuan bisa naik tahun depan.

fedSumber: FOMC

Pelaku pasar pun demikian. Mengutip CME FedWatch, probabilitas suku bunga acuan naik 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada Desember 2021 adalah 8,3%. Naik dibandingkan posisi kemarin, seminggu lalu, dan sebulan lalu.

fedFoto: CME FedWatch
fed

Suku bunga akan naik ketika dihadapkan dengan ekspektasi inflasi yang meninggi. Laju inflasi yang terakselerasi menandakan 'harga' uang turun karena terlalu banyak yang beredar di masyarakat.

Jadi suku bunga perlu dinaikkan untuk menyedot uang yang terlalu banyak itu. Saat suku bunga naik, maka masyarakat akan tergiur untuk menyimpan uang di lembaga keuangan sehingga peredarannya di perekonomian bisa dikurangi.

Nah, ekspektasi inflasi itu yang kini meninggi di Negeri Paman Sam. Bahkan The Fed pun sudah menaikkan proyeksi inflasi 2021 dari 1,8% menjadi 2,4%.

Halaman Selanjutnya --> Taper Tantrum Jilid II Sudah Dimulai?

Oleh karena itu, kemungkinan suku bunga acuan AS naik lebih cepat sepertinya adalah sebuah keniscayaan. Ini membuat ingatan melayang ke 2013-2015, saat The Fed mulai menebar ancang-ancang untuk menaikkan Federal Funds Rate. Periode yang dikenal dengan nama taper tantrum.

Taper artinya berkurang, menurun, melambat. Saat Krisis Keuangan Global yang meruntuhkan pasar keuangan AS, The Fed memberi stimulus besar-besaran seperti memangkas suku bunga acuan dan memborong surat-surat berharga (quantitative easing). Ini dilakukan untuk kembali menggairahkan ekonomi yang lesu.

Pada 2013, mulai terlihat tanda-tanda ekonomi AS pulih. The Fed pun mulai memberi sinyal bahwa kebijakan ultra-longgar akan dihentikan, cepat atau lambat. Dua tahun menanti, akhirnya Janet Yellen (Ketua The Fed saat itu) baru menaikkan suku bunga acuan pada akhir 2015.

Selama dua tahun pasar keuangan dunia diliputi kegalauan. Ketidakpastian kapan suku bunga acuan AS bakal naik membuat pelaku pasar mengambil posisi. Lebih baik segera memborong dolar AS jadi saat suku bunga betul-betul naik bisa mendapatkan keuntungan.

Sikap ini membuat permintaan dolar AS meroket dan membuat mata uang lain melemah, termasuk rupiah. Mengawali 2013, rupiah masih berada di kisaran Rp 9.000/US$. Namun pada akhir 2015, mata uang Ibu Pertiwi sudah di atas Rp 13.000/US$.

Nah, situasi hampir mirip sedang terjadi saat ini. Ekspektasi kenaikan Federal Funds Rate sudah ada, dan semakin kuat dari hari ke hari.

Pelaku pasar pun semakin getol memburu dolar AS. Sejak akhir 2020 atau year-to-date, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 2,14%. Pada 8 Maret 2021, indeks ini menyentuh titik tertinggi sejak November tahun lalu.

Seperti taper tantrum 2013-2015, dolar AS kini jadi 'raja' mata uang dunia. Berbagai mata uang tunduk di hadapannya, tidak terkecuali rupiah.

kursSumber: Refinitiv

Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, berulang kali menegaskan bahwa kebijakan ultra-longgar yang ditempuh saat ini masih layak (appropriate). The Fed tidak akan mengubah arah kebijakan menjadi lebih ketat sebelum perbaikan ekonomi memperlihatkan tanda-tanda yang jelas.

Namun pasar berkehendak lain. Pasar tetap keukeuh bahwa suku bunga bakal naik, sooner than later.

Kalau pasar sudah bersabda, mau bilang apa? Yang penting kita mesti bersiap karena belajar dari pengalaman taper tantrum 2013-2015, dampaknya tidak bisa dianggap enteng.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular