Yield US Treasury Capai 1,7%, Harga Obligasi RI Tertekan

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 March 2021 12:49
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor di global kembali mengalihkan perhatiannya ke pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), di mana imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS kembali naik pada perdagangan Kamis (18/3/2021). Kenaikan ini yield obligasi AS, menekan harga obligasi pemerintah indonesia. 

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik 6 basis poin (bp) ke level 1,706%. Bahkan yield Treasury sempat menyentuh level 1,754%, tertinggi dalam 13 bulan terakhir atau sejak Januari 2020.

Seiring kenaikan yield Treasury yang cukup tinggi, pada pagi hari ini, yield surat berharga negara (SBN) acuan tenor 3 tahun hingga 30 tahun kompak mengalami kenaikan yield.

Berdasarkan data dari Refinitiv, yield SBN acuan untuk tenor 10 tahun naik 7,3 bp ke level 6,825% pada pukul 10:48 WIB hari ini.

Adapun untuk SBN acuan tenor 3 tahun hingga 30 tahun yang hari ini mengalami kenaikan yield dapat dijelaskan dengan kurva yield sebagai berikut.

Kurva Yield SBN AcuanFoto: worldgovernmentbonds.com

Usai rapat bulanan edisi Maret 2021, Powell menegaskan bahwa laju inflasi AS belum stabil. Ini karena ekonomi AS masih belum pulih betul dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sehingga permintaan relatif terbatas.

Sementara pasar masih yakin bahwa tekanan inflasi sudah di depan mata. Pasalnya, tanda-tanda kebangkitan ekonomi Negeri Paman Sam semakin terkonfirmasi setiap harinya.

The Federal Reserve/The Fed cabang Philadelphia merilis data indeks aktivitas manufaktur yang pada Maret 2021 berada di 58,1. Jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 23,1 sekaligus menjadi yang tertinggi selama hampir 50 tahun terakhir.

The Fed pun telah merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dari 4,2% menjadi 6,5%. Jika terwujud, maka akan menjadi laju tercepat sejak 1984.

Didorong oleh keyakinan bahwa laju inflasi bakal terakselerasi tidak lama lagi, yield oblligasi pemerintah AS pun bergerak ke utara. Ini membuat surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden menjadi menarik, menjanjikan keuntungan yang besar.

Oleh karena itu, investor masih saja berfokus di pasar obligasi pemerintah AS. Akibatnya, aset-aset lain (apalagi instrumen berisiko di negara berkembang) sepi peminat dan terpapar tekanan jual.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stimulus AS DIprediksi Segera Cair, Harga SBN Lanjutkan Reli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular