Analisis

Hai Investor! Ada 9 Bank Bakal Rights Issue, Serap Gak nih?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
19 March 2021 10:26
Dok.Bank Neo Commerce
Foto: Dok.Bank Neo Commerce

6. Bank Neo Commerce (BBYB)

Dalam keterbukaan informasi 8 Maret 2021, pihak BBYB mengaku akan melakukan aksi korporasi berupa menerbitkan penawaran umum terbatas (PUT) IV melalui rights issue pada kuartal I tahun ini untuk penambahan modal.

Bank eks Bank Yudha Bhakti ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 832.724.404 saham baru atas nama dengan nilai nominal Rp 100, yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp300/saham.

Dengan demikian dana rights issue ini berjumlah sebanyak-banyaknya Rp 249.817.321.200 atau Rp 249,82 miliar yang berasal dari saham portepel perseroan dan akan dicatatkan di BEI.

Dana yang diperoleh dari hasil PUT IV akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja pengembangan usaha perseroan berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya.

Pada tahun lalu, bank yang sahamnya dimiliki oleh fintech Akulaku 24,98% ini mencatatkan laba bersih senilai Rp 15,87 miliar. Angka ini turun tipis 0,82% dibandingkan ltahun sebelumnya senilai Rp 16 miliar.

Sementara, penyaluran kredit BBYB pada 2020 sebesar Rp 3,66 triliun, merosot 4,19% dari tahun sebelumnya Rp 3,82 triliun. Selain itu, pihak manajemen BBYB secara gamblang menjelaskan, perusahaan berencana bertransformasi menjadi bank digital. BBYB juga menegaskan untuk memenuhi syarat modal inti minimum oleh OJK.

Sebulan saham BBYB melesat 47% dan year to date naik 105% di Rp 610/saham.

7. Bank Permata (BNLI)

Pada keterbukaan informasi pada 10 Maret 2021, manajemen BNLI mengumumkan akan melakukan penambahan modal melalui skema HMETD alias rights issue.

Dalam penawaran umum terbatas (PUT) IX ini, jumlah saham baru yang ditawarkan sebanyak-banyaknya sejumlah 88 miliar (88.000.000.000) lembar saham kelas B dengan nilai nominal Rp125 per lembar saham.

Adapun seluruh dana yang diperoleh dari rencana penambahan modal ini akan dipergunakan untuk memperkokoh struktur permodalan perseroan.

Lebih rinci, dana tersebut seluruhnya akan digunakan untuk membiayai peningkatan kredit dan aset produktif lainnya dalam rangka pengembangan usaha.

Sementara, perkiraan periode rights issue dimulai dalam jangka waktu antara tanggal persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sampai dengan efektifnya pernyataan pendaftaran tidak lebih dari 12 bulan.

Bank bekas milik Astra dan Standard Chartered ini mencatatkan penurunan laba bersih anjlok 51,9% menjadi Rp 721,59 miliar sepanjang 2020 dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,5 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi, penurunan laba disebabkan peningkatan impairment atau kerugian penurunan nilai aset keuangan dari Rp 1,07 triliun pada 2019 menjadi Rp 2,17 triliun pada 2020.Sementara itu, pendapatan bunga bersih meningkat dariRp 5,96 triliun menjadi Rp 6,8 triliun.

Sebagai informasi, bank milik Bangkok Bank ini akan RUPST dan RUPSLB pada 27 April 2021. Sebulan, saham BNLI minus 4,18% dan year to date terkoreksi 24% di posisi Rp 2.290/saham.

8. Bank Maspion (BMAS)

Pihak BMAS menjelaskan akan melakukan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) III atau rights issue. Dalam rencana tersebut, BMAS akan menerbitkan 2,28 miliar (2.285.792.296) saham baru atau setara dengan 33,79% dari modal disetor Bank Maspion pada saat pengumuman RUPSLB.

Nilai nominal saham yang diterbitkan sama dengan nilai nominal saham-saham perseroan yang telah dikeluarkan, yaitu Rp 100 per saham

Adapun perkiraan periode rights issue dalam jangka waktu antara tanggal persetujuan RUPSLB atas rencana ini sampai dengan efektifnya pernyataan pendaftaran tidak lebih dari 12 bulan. Dana hasil HMTED ini akan digunakan oleh perusahaan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan dalam meningkatkan penyaluran jumlah kredit atau pinjaman dan investasi lainnya.

Per kuartal III tahun lalu, bank milik pengusaha Alim Markus ini mencetak laba bersih RP 41,75 miliar. Raihan ini turun 6,41% dari periode September 2019 senilai Rp 44,61 miliar. Pendapatan bunga bersih pun turun 2,84% dari Rp 179,86 miliar pada kuartal III 2019 menjadi Rp 174,75 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun soal rencana pembelian saham oleh Bank Thailand yang sudah dimulai sejak April tahun lalu, pihak BMAS mengatakan Kasikorn Vision Company Limited akan melakukan pembelian saham yang saat ini dimiliki oleh existing shareholders.

Kasikorn Vision adalah anak usaha Kasikorn Bank Public Company Limited (KBank) yang saat ini menguasai saham BMAS 9,99%.

Saham BMAS sebulan meroket 190%, year to date melesat 185% di posisi Rp 1.225/saham.

9. Bank Capital (BACA)

Pihak BACA mengaku akan memperkuat modal untuk memenuhi aturan modal inti minimum OJK. Hal ini dilakukan dengan skema memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue pada semester II tahun ini.

Targetnya setelah aksi korporasi ini perusahaan akan memiliki modal Rp 3 triliun.

Apabila menilik laporan keuangan kuartal III tahun lalu, BACA membukukan penurunan laba bersih menjadi Rp 60,47 miliar. Angka ini turun 24,43% dari sebelumnya Rp 80,02 miliar. Sementara, pendapatan bunga bersih perusahaan tumbuh dari Rp222,95 miliar menjadi Rp 381,41 miliar pada kuartal III 2020.

Selain itu, pihak BACA menyatakan telah mantap untuk masuk ke bank digital. Secara spesifik, nantinya BACA berencana untuk menggarap segmen ritel sebagai fokus bisnisnya.

Sebulan terakhir saham BACA naik 27% dan year to date meroket 80% di level Rp 675/saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular