Analisis

Hai Investor! Ada 9 Bank Bakal Rights Issue, Serap Gak nih?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
19 March 2021 10:26
Ilustrasi IHSG
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

1. Bank Net Syariah (BANK)

Manajemen BANK berencana menggelar RUPSLB, yang salah satu agendanya ialah persetujuan rights issue. Hal ini terungkap dalam undangan RUPSLB yang disampaikan manajemen BANK di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/3/2021). RUPSLB akan digelar pada Rabu 7 April 2021 pukul 10.00 WIB di Mulia Hotel Jl. Asia Afrika-Senayan Jakarta.

Selain persetujuan rights issue, agenda lainnya ialah persetujuan perubahan nama perseroan, dan persetujuan perubahan susunan pengurus perseroan.

Dalam prospektus perusahaan pada 25 Januari 2021, hingga akhir Juli tahun lalu bank yang baru melantai di bursa pada 1 Februari 2021 ini mencatatkan laba bersih senilai Rp 59,97 miliar. Angka ini naik 79,12% dari posisi laba di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 33,48 miliar.

Pada periode tersebut, perusahaan memiliki modal inti senilai Rp 652,78 miliar. Mengenai aturan modal inti, dalam keterbukaan informasi pada 9 Maret 2021, pihak BANK menyatakan komitmennya untuk memenuhi kewajiban modal inti minimum sesuai POJK No 12/2020.

Informasi saja, peraturan tersebut mengharuskan bank untuk memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.

Data BEI per 17 Maret, sebulan saham BANK naik 136%. 

2. Bank Syariah Indonesia (BRIS)

Kementerian BUMN menyebutkan BRIS akan menggelar rights issue pada tahun iniWakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan hal ini dilakukan guna memenuhi ketentuan jumlah saham beredar perusahaan (free float) saham, selain juga mencari mitra strategis baru.

Dari penerbitan saham baru ini perusahaan menargetkan bisa mendapatkan dana sebanyak-banyaknya US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Informasi saja, dampak dari merger BRIS menyebabkan porsi saham masyarakat di BRIS menjadi 6,85%. Persentase tersebut di bawah 7,5% atau berada di bawah ketentuan minimal saham milik publik.

BRIS belum memiliki laporan keuangan terbaru, yakni pascaresmi beroperasi setelah penggabungan (merger) pada 1 Februari 2021.

BSI merupakan hasil penggabungan tiga bank syariah pelat merah, yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT BNI Syariah dan PT BRISyariah Tbk. BSI menggunakan ticker (kode saham) BRIS di pasar saham, mengingat BRISyariah menjadi bank yang menjadi entitas penggabungan.

Tahun lalu, BSI (masih memakai laporan kinerja BRI Syariah) mencatatkan laba bersih senilai Rp 248 miliar pada akhir 2020, meroket 235,14% dari posisi 2019.

Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) tercatat 1,7% di akhir tahun lalu, turun dibanding dengan akhir tahun sebelumnya. Sementara, dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga BRIsyariah tumbuh 44,61%.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, dengan memperhitungkan laporan keuangan Juni 2020, bank ini akan menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dari sisi aset, dengan nilai mencapai Rp 214,6 triliun.

BSI akan menjadi Bank BUKU III dengan modal inti sebesar Rp 20,42 triliun.

Prospek bank syariah terbilang cerah, mengingat Indonesia menduduki peringkat ke-5 dari 73 negara sebagai ekonomi syariah terbesar di dunia. Data tersebut mengacu pada laporan The State of Global Islamic Economy Report 2019-2020, dikutip dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Saham BRIS jeblok 7% dan year to date masih naik 20% di Rp 2.700/saham.

3. Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Emiten bank pelat merah BBRI juga sebelumnya dikabarkan akan melakukan rights issue. Hal ini merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk membentuk Holding Ultra Mikro (Holding UMi) dengan menggabungkan tiga perusahaan pelat merah, yakni BBRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Sepanjang tahun lalu, BBRI mencatatkan laba sebesar Rp 18,66 triliun,terkontraksi45,70% dari laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 34,37 triliun.

Hingga akhir Desember 2020, secara konsolidasian BBRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89% secara tahunan (year on year/YoY).

Tercatat kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 14,18%, kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88% dan kredit konsumer tumbuh 2,26%.

Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentuh angka 82,13% dari total seluruh kredit BRI. Adapun aset Bank BRI tercatat di atas Rp 1.500 triliun atau tepatnya Rp 1.511,81 triliun di tahun lalu, naik 6,7% dari Desember 2019 sebesar Rp 1.417 triliun.

Sebulan saham BBRI stagnan dan year to date naik 12% di Rp 4.670/saham.

4. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten (BJBR)

Manajemen akan menggelar RUPST 2020 guna meminta persetujuan terlebih dahulu kepada pemegang saham atas rencana rights issue. RUPST tersebut rencananya akan diselenggarakan di Bandung pada 6 April 2021.

Dalam rencana rights issue ini BJBR akan melepas sebanyak 925 juta saham seri B dengan nominal Rp 250 per saham. Angka tersebut setara dengan 9,4% dari total jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam prospektus.

Adapun dana hasil rights issue ini akan dipergunakan seluruhnya untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka ekspansi kredit.

BJBR berhasil membukukan kinerja moncer tahun lalu dengan capaian lababersih secara konsolidasi Rp 1,68 triliun sepanjang 2020, naik 8% dibandingkan 2019 senilai Rp 1,56 triliun.

Pencapaian laba ini melampaui industri perbankan yang mencatatkan laba terkontraksi33% selama periode 2020 lalu. Total nilai aset yang dimiliki bank bjb pun tumbuh sebesar 14,08% YoY menjadi Rp 140,93 triliun.

Sementara sektor kredit yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan laba, tumbuh 9,07% y-o-y menjadi Rp 95,21 triliun dari 2019 senilai Rp 87,29 triliun.

Sebulan saham BJBR minus 2,17% dan year to date naik tipis 2% di Rp 1.580/saham.

5. Bank IBK Indonesia (AGRS)

Dalam materi public expose (PE) insidentil pada 15 Maret 2021, AGRS menjelaskan akan melakukan penambahan saham baru. Menurut prospektus perusahaan pada 15 Maret 2021, AGRS akan melakukan penawaran umum terbatas melalui rights issue dengan menerbitkan saham baru sekitar 7,28 miliar atau 39,35% dari total modal ditempatkan atau disetor penuh setelah rights issue.

Nilai nominal saham yang ditawarkan Rp100 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp170.

Dengan demikian, jumlah dana hasil rights issue sekitar sebesar Rp1,23 triliun. Adapun tanggal pencatatan (recording date) pemegang saham yang berhak atas HMETD pada 11Mei 2021. Sementara, periode pelaksanaan right issue pada 24 Mei - 4 Juni 2021.

Dana hasil rights issue akan digunakan untuk penambahan modal dalam rangka modal kerja bank, dimana seluruhnya untuk penyaluran kredit.

Sampai triwulan ketiga tahun lalu, bank ini masih mencatatkan rugi bersih Rp 97,53 miliar, lebih anjlok dari posisi rugi bersih periode yang saham tahun sebelumnya Rp 38,69 miliar.

Pendapatan bunga bersih pun turun dari Rp 124,51 miliar pada kuartal III 2019 menjadi Rp 123,25 miliar. Di tengah desakan dari OJK soal pemenuhan modal inti, AGRS juga berkomitmen menjadi bank BUKU III dengan memenuhi aturan modal inti minimum sesuai POJK No 12/2020.

Sebulan saham AGRS terbang 291% dan year to date melesat 295% di Rp 805/saham.

NEXT: Dari Bank Neo Commerce hingga BACA

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular