Investor Berhati-hati Jelang Rapat FOMC, Harga SBN Menguat

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
16 March 2021 18:33
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (16/3/2021) mayoritas ditutup menguat, di tengah penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) jelang rapat dewan moneter AS yang akan dimulai pada malam nanti hingga Kamis (18/3/2021) waktu AS.

Mayoritas SBN acuan dikoleksi oleh investor hari ini, ditandai dengan penurunan yield di hampir semua tenor SBN acuan.

Namun penurunan yield SBN tidak dialami oleh dua SBN acuan bertenor 3 tahun dan 15 tahun dengan masing-masing kode FR0039 dan FR0088, sehingga kedua SBN acuan tersebut cenderung dilepas oleh investor pada hari ini..

Yield SBN berkode FR0039 naik signifikan sebesar 24,1 basis poin (bp) ke level 5,357%, sedangkan yield SBN berseri FR0088 juga naik 1 bp ke 6,514% pada hari ini. Sementara untuk yield SBN seri FR0087 yang merupakanĀ acuan obligasi negara berbalik turun 1,1 bp ke level 6,747%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury Bond) mengalami penurunan tipis pada perdagangan Senin (15/3/2021) kemarin. Berdasarkan data dari situs World Government Bond, yield surat utang pemerintah Negeri Paman Sam untuk tenor 10 tahun turun 1,8 bp ke level 1,607%.

Walaupun akhirnya turun, namun yield Treasury AS masih cukup tinggi dikisaran level 1,6%, atau lebih tinggi dari level tertinggi di Februari tahun lalu.

Namun, pelaku pasar lebih memilih berhati-hati jelang rapat dewan moneter AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dimulai pada malam nanti hingga Kamis pekan ini, sehingga yield SBN hari ini cenderung menurun dan harga SBN cenderung menguat.

The Fed diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury. Ketua The Fed, Jerome Powell, pada rapat kebijakan moneter 16-17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Selain Operation Twist, The Fed juga diperkirakan akan menaikkan Interest Rate on Excess Reserves (IOER) dari 0,1% menjadi 0,15%, serta menaikkan suku bunga repo overnight dari 0% menjadi 0,5%.

"Pasar akan menyambut baik kenakan IOER begitu juga panduan lainnya yang dilakukan dengan tujuan menurunkan kurva yield dan mempertahankan perekonomian pada jalur pemulihan," kata Joseph Brusuelas, ekonom di RSM, sebagaimana dilansir CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular