Analisis

Gilak! Ada yang Lebih Joss dari LQ45, Cek Indeks Saham Ini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 March 2021 06:20
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks IDXTECHNO di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melaju kencang dengan mencatatkan penguatan tertinggi dibandingkan indeks saham lainnya sejak diresmikan pertama kali pada awal tahun.

Berdasarkan data BEI per Jumat (12/3), indeks yang berisi saham-saham teknologi ini sudah meroket 175,37%, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 6,34%.

Pencapaian tersebut juga jauh melampaui kinerja indeks LQ-45, yang berisi 45 saham paling liquid, yang cuma terapresiasi 1,71% sejak awal tahun ini.

Pada 25 Januari 2021, BEI memang mulai menerapkan sistem klasifikasi sektor industri yang baru IDX Industrial Classification (IDX-IC). Bersamaan dengan itu, BEI juga meluncurkan 11 indeks sektoral di IDX-IC.

Dalam indeks yang baru ini ada satu sektor yang benar-benar baru seperti masuknya sektor kesehatan (IDXHEALTH) dan teknologi (IDXTECHNO).

Berikut saham-saham yang tergabung dalam indeks IDXTECHNO:

Anggota Indeks Sektoral IDXTECHNO 21 Januari 2021/BEIFoto: Anggota Indeks Sektoral IDXTECHNO 21 Januari 2021/BEI
Anggota Indeks Sektoral IDXTECHNO 21 Januari 2021/BEI

Lantas, saham apa yang paling cuan di indeks IDXTECHNO selama sebulan dan year to date (YTD)?

Berikut daftar saham di indeks IDXTECHNO per 12 Maret 2021.

Berdasarkan tabel di atas, tercatat ada lima saham dengan penguatan tertinggi selama sebulan dan secara YTD, yakni DMMX, MLPT, LUCK, KIOS dan DCII. Mari kita coba bedah satu-satu ya.


NEXT: Begini analisis 4 saham IDXTECHNO

Digital Mediatama (DMMX)

Saham DMMX membukukan kinerja paling moncer selama sebulan dibandingkan dengan emiten lainnya di indeks ini, berdasarkan data 12 Maret 2021. Anak usaha dari PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) ini telah melesat 34,84% selama sebulan. Bahkan secara YTD, DMMX sudah melejit 111,11%.

Kinerja saham yang oke tersebut dibarengi dengan kinerja keuangan yang positif. Menurut laporan kinerja keuangan unaudited kuartal III 2020, DMMX mencatatkan laba bersih tahun berjalan melesat sebesar 237,71%, menjadi Rp 24,80 miliar per 30 September 2020 dari Rp 7,34 miliar pada 30 September 2019.

Menariknya, DMMX ternyata bekerjasama dengan perusahaan artis tanah air Raffi Ahmad untuk membentuk perusahaan patungan.

Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI (22 Februari 2021), DMMX menggandeng RANS Entertainment (RANS), talent agency milik Raffi Ahmad.

Tujuan kerja sama ini ialah untuk membangun platform pemasaran media sosial digital dan pendirian joint venture (JV), PT DMMX Rans Digital (DIGIRANS). Perusahaan ini akan mengelola platform tersebut. DMMX memiliki 33,33% saham senilai Rp 300 juta.

RANS Entertainment mengelola lebih dari 300.000 content creator dan influencer media sosial di Indonesia.

Dalam kemitraan ini, DMMX menggandeng RANS sebagai creative content creator guna meningkatkan distribusi dan jangkauan konten yang diproduksi oleh talent RANS.

Asal tahu saja, DMMX bergerak di bidang pemasaran perdagangan digital dan platform pertukaran iklan cloud yang menyediakan berbagai layanan end-to-end. Sementara sang Induk, MCAS, merupakan perusahaan penyedia produk digital, seperti seperti pulsa dan token listrik.

Multipolar Technology (MLPT)

Saham kedua yang terus 'tancap gas' ialah MLPT dari Grup Lippo. Selama sebulan, saham yang IPO (initial public offering/ pencatatan saham perdana) pada 2013 ini sudah terdongkrak 23,08%.

Adapun catatan kinerja per YTD MLPT lebih moncer lagi, yakni sudah terbang setinggi 242,86%.

Apabila menilik laporan keuangan perusahan per kuartal III tahun lalu, MLPT mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 23,86%.

Dengan demikian, torehan laba bersih MLPT per 30 September 2020 sebesar Rp122,49 miliar, dari Rp 98,90 miliar pada periode yang saham tahun sebelumnya.

Sebelumnya, pada 8 Maret 2021 di website BEI, anak usaha Grup Multipolar ini menjelaskan mengenai volatilitas saham perusahaan.

Salah satu poin pentingnya, perseroan mengaku tidak mengetahui informasi dan fakta material yang bisa mempengaruhi gerak saham emiten yang bergerak di bidang teknologi ini.

Selain itu, Sekretaris Perusahaan Wahyudi Chandra juga menjelaskan, MLPT belum memiliki rencana aksi korporasi, setidaknya dalam tiga bulan mendatang.

Sentral Mitra (LUCK)

LUCK menjadi saham ketiga yang terus naik selama sebulan terakhir, yakni sebesar 22,14%. Namun, raihan ini tidak dibarengi dengan kinerja secara YTD, yang anjlok 77,14%.

Sementara, kinerja keuangan LUCK mencatatkan penurunan per September tahun lalu. Laba bersih ambles 54,73% dari Rp 6,34 miliar menjadi Rp 2,87 miliar pada kuartal III tahun lalu.

Manajemen menegaskan efek pandemi membuat LUCK mengubah rencana ari ekspansif menjadi bertahan dan menjaga likuditas

"Selama masa pandemic Perseroan melakukan konsolidasi bisnis dan mempersiapkan planning akan perubahan bisnis perilaku new norm dan percepatan digitalisasi," jelas manajemen dalam materi public expose, dikutip Senin (15/3/2021).

Adapun pada tahun ini LUCK menargetkan laba bersih Rp 12 miliar. Untuk mencapai target tersebut perusahaan memiliki sejumlah rencana bisnis, antara lain meluncurkan platform e-commerce, pengembangan pasar 3D printer, dan pengembangan Cloud Server dengan Alibaba Cloud.

Sebelumnya, pada 15 Januari 2021, CNBC Indonesia mewartakan terseretnya saham ini dalam kasus penipuan investasi oleh PT Jouska Finansial Indonesia (Jouska) pada tengah tahun lalu.

Dalam pemeriksaan tersebut dijelaskan, adanya indikasi insider trading dan melibatkan sejumlah emiten yang melantai di bursa, salah satunya LUCK.

Menanggapi pemberitaan tersebut, Sekretaris Perusahaan LUCK, Teddy Pohan, menjelaskan, manajemen perusahaan masih mengikuti proses penyidikan dari Kepolisian untuk kasus tersebut.

Selain itu, pihaknya terus berkoordinasi dan responsif dalam hal pemeriksaan dan pemberian data-data yang diminta oleh pemeriksa.

"Operasional Perseroan tidak terganggu atas pemeriksaan kasus tersebut," jelas Teddy dalam keterangan tertulisnya, pada 20 Januari 2021.

Kioson Komersoal (KIOS)

Emiten selanjutnya, KIOS, memang hanya mencatatkan kenaikan tipis 0,75%. Akan tetapi, secara YTD, emiten penyedia layanan tagihan dan voucher pulsa elektronik ini sudah melambung 123,33%.

Namun, per 30 September 2020, kinerja KIOS tidak menggembirakan. Perusahaan online to offline (O2O) ini membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp12,58 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, KIOS mencatatkan laba bersih Rp 1,42 miliar.

Adapun penjualan bersih sebesar Rp 883 miliar, anjlok 56,52% dari Rp 2,03 triliun pada periode yang sama tahu sebelumnya.

Menurut materi public expose (PE) insidentil perusahaan pada 2 Februari 2021, pandemi berperan dalam penurunan penjualan bersih, margi dan laba kotor perusahaan di kuartal III tahun lalu.

Sementara, pada tahun ini perusahaan berencana akan terus mempertahanank mitra kios yang produktif. Selain itu, KIOS juga akan menambah jumlah produk dan layanan serta akan melakukan aksi korporasi yang nanti akan diungkapkan ke publik.

DCI Indonesia (DCII)

DCII menjadi emiten kelima dengan kenaikan harga saham tertinggi. Sebagai informasi, lantaran saham ini disuspensi sejak 11 Februari lalu, jadi gerak saham ini tidak bisa dihitung.

Bila dilihat sejak awal melantai di bursa pada 6 Januari 2021, saham emiten milik pengusaha Toto Sugiri ini sudah meroket to the moon 2.228,57%.

Sebelumnya, pihak bursa 'menggembok' DCII akibat saham ini bergerak liar dan terus meningkat secara signifikan.

Adapun kinerja keuangan DCII terlihat positif. Laba bersih melesat 76,69% menjadi Rp 105,22 miliar per Agustus 2020, dari Rp 59,55 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Terkait dengan prospek saham teknologi, CEO DCII Toto Sugiri, mengatakan pihaknya melihat prospek bisnis yang positif di tahun ini akan bisnis teknologi informasi.

Dia optimistis, prospek bisnis data center yang digeluti perseroan di tengah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sedang melesat, ditambah teknologi cloud(komputasi awan) yang tumbuh secara eksponensial, yang telah mendorong permintaan terhadap fasilitas data center hyperscale di Indonesia akhir-akhir ini.

"Pasar data center ini diperkirakan memiliki total kapasitas 72,5 MW [megawatt] sampai akhir tahun 2020 dan menurut proyeksi Structure Research akan terus bertumbuh dengan CAGR[pertumbuhan rata-rata tahunan] sebesar 22,3% selama lima tahun ke depan," ujarnya, dalam keterangan pers saat IPO DCII, Rabu (6/1/2021).

Pada 6 Januari 2021, DCII melepas sebanyak 357,56 juta saham baru yang setara dengan 15% dengan harga penawaran Rp 420/saham. Dengan IPO ini,emiten data center ini meraih dana sebesar Rp 150,17 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular