Neraca Dagang RI Surplus Lagi, Harga SBN Kembali Melemah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 March 2021 18:57
Business women signature at document. Selective focus and soft flare filter.
Foto: Freepik

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Jumat (12/3/2021) kembali ditutup melemah, di tengah masih tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan surplus neraca perdagangan Indonesia serta pulihnya tingkat impor Indonesia.

Mayoritas SBN acuan cenderung dilepas oleh investor hari ini, ditandai dengan kenaikan yield di hampir semua tenor SBN acuan. Namun, SBN berkode FR0039 dengan tenor 3 tahun masih diburu oleh investor, terlihat dari yield-nya yang turun signifikan sebesar 16,8 basis poin (bp) ke level 5,116%.

Sementara untuk yield SBN seri FR0087 yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 2,8 bp ke level 6,758% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Hingga perdagangan akhir pekan lalu, yield surat utang AS (US Treasury Bond) masih cukup tinggi di kisaran level 1,6%. Pada Jumat (12/3/2021) akhir pekan lalu, yield acuan Treasury AS bertenor 10 tahun naik signifikan sebesar 9 bp ke level 1,625% dibandingkan dengan hari Kamis (11/3/2021).

Walaupun hari ini yield Treasury AS berpotensi kembali turun, namun sepertinya penurunannya cenderung tipis, yakni sebesar 1,1 bp ke level 1,614% pada sore hari ini waktu Indonesia dan masih berada di level tertinggi 1,6%.

'Hantu' yield Treasury AS masih dikhawatirkan oleh pasar global karena prospek pemulihan ekonomi global yang semakin nyata. Hal itu juga dapat membawa inflasi semakin meninggi. Untuk selisih (spread) antara yield acuan Treasury AS bertenor 10 tahun dengan yield SBN berjatuh tempo 10 tahun sore hari ini sebesar 520,3 bp atau semakin melebar.

Selain itu, data neraca perdagangan Tanah Air yang kembali mencetak surplus dan tumbuhnya data impor setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19 juga menjadi pemberat pergerakan harga SBN dan pendorong kenaikan yield SBN acuan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data ekspor-impor Indonesia bulan Februari hari ini, di mana ekspor pada Februari 2021 tercatat US$ 15,27 miliar atau mengalami kenaikan 8,56% dibandingkan pada Februari 2020 (year-on-year/YoY) yang mencapai US$ 14,06 miliar.

Sementara untuk impor RI pada Februari 2021 tercatat sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dibanding Februari 2020 (YoY). Melihat ekspor-impor tersebut, neraca dagang Indonesia surplus yang mencapai US$ 2,01 miliar di bulan Februari lalu.

Kenaikan impor tersebut menjadi yang pertama setelah berkontraksi selama 19 bulan beruntun. Kenaikan impor tersebut menjadi kabar baik, sebab menjadi pertanda perekonomian dalam negeri mulai menggeliat.

Namun bagi pelaku pasar obligasi, pulihnya impor RI dan kembali surplusnya neraca perdagangan adalah sentimen negatif terhadap harga. Pasalnya jika ada data indikator ekonomi suatu negara sudah menunjukkan pemulihan, maka investor cenderung akan melepas obligasi yang sebagai aset safe haven dan mulai beralih ke aset berisiko seperti saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular