Kisah Sedih di Hari Minggu: Di Mana-mana, Rupiah Lesu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2021 11:43
penukaran uang, rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sepanjang pekan lalu. Rupiah juga menjalani tren pelemahan di hadapan mata uang Asia-Eropa.

Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,63% di hadapan dolar AS. Namun tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun bernasib serupa.

Berikut perubahan kurs mata uang Asia terhadap dolar AS selama minggu ini:

Kisah depresiasi rupiah tidak berhenti di situ. Terhadap mata uang utama Benua Kuning, rupiah pun dalam tren melemah.

Dari 10 mata uang utama Asia, rupiah melemah di hadapan enam di antaranya. Rupiah hanya bisa menguat saat melawan won Korea Selatan, dolar Taiwan, baht Thailand, dan ringgit Malaysia.

Berikut perubahan kurs mata uang utama Asia terhadap rupiah sepanjang pekan ini:

Berlanjut ke Eropa, ceritanya lebih sedih. Di hadapan euro, poundsterling Inggris, dan franc Swiss rupiah tidak berdaya. Bahkan depresiasi rupiah terhadap sterling mencapai lebih dari 1%.

Berikut perubahan kurs mata uang utama Benua Biru terhadap rupiah pada pekan ini:

Halaman Selanjutnya --> Investor Fokus ke Obligasi Pemerintah AS

Seretnya arus modal di pasar keuangan Indonesia membuat rupiah tidak berdaya. Bank Indonesia (BI) melaporkan, investor asing melakukan jual bersih Rp 7,83 triliun selama 8-10 Maret 2021. Perinciannya, jual bersih Rp 6,87 triliun di pasar obligasi pemerintah dan jual bersih Rp 0,96 triliun di pasar saham. Sepanjang 2021, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 5,89 triliun.

Sebenarnya situasi ini tidak unik di Indonesia, terjadi pula di negara-negara berkembang lain. Pasalnya, investor tengah mengalihkan fokus ke pasar obligasi pemerintah AS.

Sepanjang pekan ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melesat 8,1 basis poin (bps). Pada akhir pekan ini, yield instrumen itu berada di 1,635%, tertinggi sejak Februari 2020.

"Yield obligasi sedang dalam tren meningkat seiring ekspektasi inflasi. Ini adalah sentimen positif bagi dolar AS," kata Kathy Lien, Managing Director di BK Asset Management. Seperti diwartakan Reuters.

Obligasi adalah aset aman. Tidak seperti saham yang uangnya bisa 'hangus' tak berbekas, obligasi memberi imbalan tetap (fixed income) plus pengembalian dana ketika jatuh tempo.

Plus, kita sedang bicara obligasi pemerintah AS. Risiko gagal bayar (default) sangat minim kalau tidak mau dibilang mustahil. Obligasi ini mungkin baru gagal bayar kalau AS bubar seperti Uni Soviet.

Sudah aman, sekarang instrumen ini menawarkan imbalan yang semakin meningkat. Aman, cuan pula. Siapa yang tidak tertarik?

Oleh karena itu, investor terus bersiap untuk memborong obligasi pemerintah AS. Otomatis permintaan dolar AS meningkat sehingga membuat mata uang lain tidak punya kesempatan. Termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular