
Kisah Sedih di Hari Minggu: Di Mana-mana, Rupiah Lesu...

Seretnya arus modal di pasar keuangan Indonesia membuat rupiah tidak berdaya. Bank Indonesia (BI) melaporkan, investor asing melakukan jual bersih Rp 7,83 triliun selama 8-10 Maret 2021. Perinciannya, jual bersih Rp 6,87 triliun di pasar obligasi pemerintah dan jual bersih Rp 0,96 triliun di pasar saham. Sepanjang 2021, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 5,89 triliun.
Sebenarnya situasi ini tidak unik di Indonesia, terjadi pula di negara-negara berkembang lain. Pasalnya, investor tengah mengalihkan fokus ke pasar obligasi pemerintah AS.
Sepanjang pekan ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melesat 8,1 basis poin (bps). Pada akhir pekan ini, yield instrumen itu berada di 1,635%, tertinggi sejak Februari 2020.
"Yield obligasi sedang dalam tren meningkat seiring ekspektasi inflasi. Ini adalah sentimen positif bagi dolar AS," kata Kathy Lien, Managing Director di BK Asset Management. Seperti diwartakan Reuters.
Obligasi adalah aset aman. Tidak seperti saham yang uangnya bisa 'hangus' tak berbekas, obligasi memberi imbalan tetap (fixed income) plus pengembalian dana ketika jatuh tempo.
Plus, kita sedang bicara obligasi pemerintah AS. Risiko gagal bayar (default) sangat minim kalau tidak mau dibilang mustahil. Obligasi ini mungkin baru gagal bayar kalau AS bubar seperti Uni Soviet.
Sudah aman, sekarang instrumen ini menawarkan imbalan yang semakin meningkat. Aman, cuan pula. Siapa yang tidak tertarik?
Oleh karena itu, investor terus bersiap untuk memborong obligasi pemerintah AS. Otomatis permintaan dolar AS meningkat sehingga membuat mata uang lain tidak punya kesempatan. Termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)