Rupiah Kebanjiran! Banjir Sentimen Positif...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 March 2021 09:15
uang rupiah ini tidak lagi berlaku
CNBC Indonesia/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup tajam di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah sedang kebanjiran, banjir sentimen positif.

Pada Harpitnas Jumat (12/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.330 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Isra' Mi'raj.

Mata uang Tanah Air memang punya potensi untuk membukukan technical rebound karena sudah melemah terlalu dalam dan lama. Coba bayangkan, rupiah sudah melemah selama lima hari perdagangan beruntun.

Dalam lima hari tersebut, depresiasi rupiah mencapai 1,09% secara point-to-point. Rupiah sudah terlalu 'murah' sehingga kembali menarik di mata investor.

Selain faktor technical rebound, berbagai sentimen yang beredar memang sangat mendukung penguatan rupiah. Pertama, risk appetite pasar sedang tinggi, hasrat untuk memburu aset-aset berisiko tengah membuncah.

Ini sudah terlihat di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,58%, S&P 500 melonjak 1,04%, dan Nasdaq Composite meroket 2,52%.

Hijaunya Wall Street akan menjadi suntikan 'adrenalin' bagi pasar keuangan Asia. Melihat Wall Street yang 'buy, buy,buy', investor di pasar keuangan Benua Kuning tentu tidak mau ketinggalan kereta.

Halaman Selanjutnya --> Biden Sudah Teken Stimulus

Sentimen kedua adalah Presiden AS Joseph 'Joe' Biden telah menandatangani Undang-undang (UU) paket stimulus senilai US$ 1,9 triliun. Penandatanganan ini berbarengan dengan peringat setahun karantina wilayah (lockdown) di Negeri Paman Sam.

"UU ini akan membangun kembali tulang punggung negara bangsa kita yaitu para kerja dan kelompok kelas menengah. Mereka akan punya kesempatan untuk berjuang," kata Biden sebelum penandatanganan, seperti dikutip dari Reuters.

Sebanyak US$ 400 miliar dari paket tersebut adalah untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT). Nilainya US$ 1.400 untuk warga berpenghasilan di bawah US$ 75.000/tahun atau pasangan dengan penghasilan gabungan di bawah US$ 150.000/tahun. Ada pula US$ 350 miliar untuk membantu pemerintah daerah untuk penganganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) termasuk distribusi vaksin.

BLT diharapkan membuat permintaan rumah tangga Negeri Paman Sam terdongkrak. Ini tidak hanya berdampak positif bagi AS, tetapi juga dunia karena Negeri Adidaya adalah pasar terbesar di planet bumi. Peningkatan permintaan di AS akan mendorong kinerja ekspor berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah pandemi virus corona yang sepertinya semakin 'jinak' di Indonesia. Kemarin, Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 5.144 orang tambahan pasien positif baru. Ini adalah yang terendah sejak 30 November 2020.

Dalam 14 hari terakhir (26 Februari-11 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 6.363 orang per hari. Jauh melandai ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 8.760 per hari.

Program vaksinasi anti-virus corona pun semakin cepat. Per 7 Maret 2021, jumlah vaksin yang telah disuntikkan ke lengan Warga Negara Indonesia tercatat 4.022.544 dosis. Rata-rata tujuh harian adalah 190.340 dosis per hari.

Jika tren positif ini terus berlanjut, bahkan ditingkatkan, maka Indonesia punya harapan untuk bebas dari pandemi dengan cepat. Kuncinya, masyarakat harus disiplin menegakkan protokol kesehatan dengan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) sedangkan pemerintah mesti konsisten dengan 3T (testing, tracing, treatment) plus mempercepat dan memperluas vaksinasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular