Beribu Sayang, Andai Tak Libur IHSG Pasti Terbang Tinggi

Putra, CNBC Indonesia
11 March 2021 16:40
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat lebih dari 1% pada perdagangan Rabu kemarin (10.3) ke 6.264,679. Dengan penguatan tersebut, IHSG sukses mengakhiri penurunan4 hari beruntun.

Selain sukses menguat, kabar bagus lainnya investor asing akhirnya melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 79 miliar, setelah melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp 1,1 triliun dalam 2 hari perdagangan sebelumnya.

Sentimen pelaku pasar sedang bagus kemarin, tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) di hari sebelumnya. Kiblat bursa saham dunia tersebut kembali melesat Rabu waktu setempat, indeks Dow Jones bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Penguatan tersebut tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia pada perdagangan hari ini, Kamis (11/3/2021). Indeks Kospi Korea Selatan melesat 1,88%, kemudian Nikkei Jepang 0,6%, Hang Seng di Hong Kong juga terbang 1,65%, bahkan Shanghai Index loncat hingga 2,36%.

Namun, pasar keuangan Indonesia libur pada hari ini, sehingga IHSG tidak ikut "berpesta". Seandainya perdagangan saham buka, tidak menutup kemungkinan IHGS bisa menghijau hari ini.

Apalagi mengingat bursa regional Eropa juga dibuka sumringah hari ini. Indeks FTSE 100 di London dibuka melesat 0,40%, Indeks DAX di Jerman lompat 0,15% sedangkan indeks CAC 40 di Perancis melesat 0,37%.

Membaiknya sentimen pelaku pasar dalam 2 hari terakhir terjadi setelahyieldobligasi (Treasury) AS. Pada perdagangan Selasa, yield Treasury tenor 10 tahun turun 5 basis poin, kemudian kemarin turun lagi 2,4 basis poin.

Sebelumnya terus menanjaknyayieldTreasury hingga ke level pra pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) membuat pelaku pasar cemas akan kemungkinan terjadinyataper tantrum. Tidak hanya pasar AS, tapi pasar global juga dibuat cemas.

KenaikanyieldTreasury terjadi akibat ekspektasi perekonomian AS akan segera pulih, dan inflasi akan meningkat. Saat inflasi meningkat, maka berinvestasi di Treasury menjadi tidak menguntungkan, sebabyield-nya lebih rendah. Alhasil pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury, danyield-nya menjadi naik.

Kenaikan yield akibat ekspektasi pemulihan ekonomi dan kenaikan inflasi tersebut juga membuat pelaku pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering.

Tapering pernah dilakukan pada 2013 lalu, dan memicu gejolak di pasar keuangan global yang disebuttaper tantrum.

Dengan menurunnyayieldTreasury, kecemasan akan taper tantrum sedikit mereda, dan bursa saham kembali ceria.

Kabar baik lainnya juga datang dari Negeri Paman Sam, House of Representative (DPR) AS Rabu waktu setempat sudah meloloskan rancangan undang-undang stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun, dan kini diserahkan ke Presiden Joseph 'Joe' Biden.

Biden diprediksi akan menandatangi rancangan undang-undang tersebut pada hari Jumat, sehingga stimulus fiskal sah cair.

Pada bulan Maret 2020 lalu, pemerintah AS di bawah Presiden ke-45 Donald Trump juga menggelontorkan stimulus fiskal guna memulihkan perekonomian AS yang merosot akibat pandemi Covid-19. Sejak saat itu bursa saham AS yang sebelumnya mengalami aksi jual terus melesat naik hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Namun stimulus kali ini efeknya tidak sedashyat stimulus tahun lalu, sebab dengan cairnya stimulus kali ini, pemulihan ekonomi AS bisa terakselerasi, dan bayang-bayang tapering kembali menghantui.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular