
IHSG Libur, Bursa Saham Asia "Pesta Pora" Ikuti Wall Street

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia "pesta pora" pada perdagangan Kamis (11/3/2021), mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang melesat Rabu waktu setempat. Namun, pasar keuangan Indonesia libur pada hari ini, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak ikut berpesta.
Melansir data Refinitiv, hingga pukul 10.15 WIB, indeks Kospi Korea Selatan melesat nyaris 2%, memimpin penguatan bursa Asia hari ini. Indeks Shanghai Composite menyusul dengan penguatan 1,93%. Hanya bursa saham Malaysia yang masuk ke zona merah hari ini.
Penurunan yield obligasi (Treasury) AS dalam 2 hari terakhir membuat pasar saham kembali ceria.
Membaiknya sentimen pelaku pasar dalam 2 hari terakhir terjadi setelah yield obligasi (Treasury) AS. Pada perdagangan Selasa, yield Treasury tenor 10 tahun turun 5 basis poin, kemudian kemarin turun lagi 2,4 basis poin.
Kabar baik lainnya juga datang dari Negeri Paman Sam, House of Representative (DPR) AS Rabu waktu setempat sudah meloloskan rancangan undang-undang stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun, dan kini diserahkan ke Presiden Joseph 'Joe' Biden.
Biden diprediksi akan menandatangani rancangan undang-undang tersebut pada hari Jumat, sehingga stimulus fiskal sah cair.
Pada bulan Maret 2020 lalu, pemerintah AS dibawah Presiden ke-45 Donald Trump juga menggelontorkan stimulus fiskal guna memulihkan perekonomian AS yang merosot akibat pandemi Covid-19. Sejak saat itu bursa saham AS yang sebelumnya mengalami aksi jual terus melesat naik hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Namun stimulus kali ini efeknya tidak sedashyat stimulus tahun lalu, sebab dengan cairnya stimulus kali ini, pemulihan ekonomi AS bisa terakselerasi, dan bayang-bayang tapering (pemangkasan program pembelian aset atau quantitative easing/QE) kembali menghantui.
Selain itu, investor juga berfokus pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB). ECB akan mengumumkan kebijakan moneter sore ini, beberapa pejabat sebelumnya sudah menaruh perhatian terhadap kenaikan yield obligasi, tidak hanya di AS tetapi juga di Eropa.
Analis dari ANZ memperkirakan ECB akan memberikan sinyal siap bertindak guna meredam kenaikan yield, dan menggunakan program pembelian aset dengan penuh.
"Sebagai respon dari kenaikan yield, kami memperkirakan ECB akan memberikan sinyal siap meningkatkan intervensi di pasar obligasi jika diperlihatkan dan menggunakan Pandemic Emergency Purchase Programme (US$ 1,85 triliun euro) secara penuh, dan lebih besar lagi jika diperlukan," tulis analis ANZ dalam sebuah riset yang dikutip CNBC International, Kamis (11/3/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Seandainya Tak Libur Bakal Ikut Berpesta di Asia