Analisis

Bingung Beli Saham? Ini Deretan Saham di Bawah Seceng Tercuan

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
12 March 2021 07:47
bank ganesha
Foto: Facebook/Ganesha Club

Bank Ganesha (BGTG)

BGTG menjadi saham dengan lonjakan harga tertinggi selama sebulan terakhir. Saham bank yang resmi melantai di bursa pada Mei 2016 silam ini sudah terbang 261,64% dalam sebulan. Sementara, secara year to date (YTD) atau sejak awal tahun hingga perdagangan Selasa (9/3), saham bank mini ini dengan harga Rp 264/saham ini sudah meroket 428,00%.

Akibat kenaikan harga yang signifikan akhir-akhir ini, otoritas bursa tercatat sudah dua kali mensuspensi atau mengehentikan sementara perdagangan saham BGTG dalam dua minggu terakhir.

Teranyar, saham bank yang mulai beroperasi sejak 1992 ini 'digembok' bursa sejak Rabu pekan lalu (3/3). Tetapi, menurut keterbukaan BEI per Selasa (9/3), BGTG sudah diperbolehkan lagi beraktivitas di bursa mulai Rabu (10/3).

Setelah dua kali disuspensi bursa, BGTG melakukan paparan public alias public expose (PE) insidentil pada Jumat pekan lalu (5/3).

Dalam PE insidentil tersebut, manajemen BGTG menjawab sejumlah pertanyaan terkait perusahaan, termasuk mengenai isu bank digital yang santer beredar akhir-akhir ini.

Pihak BGTG menjelaskan, perusahaan belum memiliki rencana untuk menjadi bank digital saat ini.

"Namun sejak tahun 2018 Bank Ganesha telah melakukan transformasi digital untuk memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perliaku nasabah," kata manajemen BGTG dalam tanggapannya, Jumat (5/3).

BGTG memang tengah mempersiapkan sejumlah transformasi digital, seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), Cardless Withdrawal alias tarik tunai tanpa kartu, dan layanan online onboarding.

BGTG juga telah bekerjasama dengan sejumlah perusahaan fintech (financial technology).

Mengenai isu pemenuhan modal inti, BGTG berkomitmen untuk memenuhi syarat modal inti sesuai dengan penyampaian Rencana Bisnis Bank (RBB) kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada November tahun lalu. Modal bank tahun ini minimal Rp 2 triliun dan tahun depan Rp 3 triliun.

Total aset BGTG naik sebesar 10,41% pada Desember tahun lalu (tidak diaudit/unaudited) menjadi Rp 5,3 triliun, dari Rp 4,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penyaluran kredit, anjlok sebesar 11,78% menjadi senilai Rp2,63 triliun pada Desember 2020.

Dana Pihak Ketiga (DPK) BGTG pada 31 Desember 2020 juga naik 13,88% menjadi Rp 4,1 triliun, dari Desember 2019 Rp 3,6 triliun.

Lalu, pendapatan bunga bersih perusahaan menjadi Rp 171 miliar pada akhir tahun lalu, turun 10,93% dari Rp 192 miliar pada Desember 2019.

Sementara persentase net interest margin (NIM) turun 0,83% menjadi 3,77% pada Desember tahun lalu, dari sebelumnya sebesar 4,60%.

Selain itu, persentase kredit bermasalah alias NPL nett naik 1,8%, dari 1,06% menjadi 2,86% pada akhir tahun 2020.


Bank MNC (BABP)

Saham bank MNC Group ini juga terus melejit sebesar 118% selama sebulan. Bahkan, secara YTD saham bank milik Pengusaha Hary Tanoesoedibjo ini juga melesat 118%.

Saham seperti BGTG dan sejumlah bank mini lainnya, BABP dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan mengenai bank digital dan aturan penambahan modal inti oleh OJK.

Sebelumnya, dalam menanggapi isu bank digital, pihak manajemen BABP menjelaskan kepada pihak otoritas bursa pada Jumat (5/3), perseroan akan terus melakukan digitalisasi proses dan layanan perbankan sehingga mampu bersaing dengan kompetitor serta menjawab kebutuhan nasabah.

Mengenai aturan pemenuhan modal inti, pihak BABP akan melakukan penambahan modal sesuai dengan ketentuan POJK 12/2021 dan diharapkan selesai dalam batas waktu yang ditentukan OJK.

Selain itu, BABP mengaku, aturan POJK tersebut tidak berdampak terhadap kelangsungan usaha perusahaan serta kegiatan operasional perseroan.

"Berlakunya POJK 12/2020 justru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi dunia perbankan pada umumnya dan perseroan pada khususnya, melalui penguatan struktur demi ketahanan dan daya saing industri perbankan," tulis manajemen BABP dalam keterangannya, Jumat (5/3).

Dalam materi PE insidentil perusahaan yang diterbitkan di website BEI, Rabu (9/3), pihak manajemen memaparkan impelementasi strategi perusahaan pada 2021. Pertama, mengenai akusisi dana murah dengan Tabungan Dahsyat.

Strategi tersebut membuat volume Tabungan per Februari 2021 menjadi Rp 1,05 triliun, naik 74,42% dari posisi September 2020 sebesar Rp 606 miliar. Seiring dengan hal tersebut, rasio dana murah alias CASA (Current Account Saving Account) naik sebesar 6,87% menjadi 23,37% pada bulan lalu.

Implementasi stategi kedua, yakni membangun platform digital lewat "Motion". Menurut penjelasan BABP, pengembangan teknologi informasi (TI) bertujuan untuk mewujudkan ekosistem digital banking yang beroritentasikan kebutuhan nasabah serta efisiensi proses perbankan.

Motion ini sendiri sudah diluncurkan pada Agustus tahun lalu. Rencananya, platform ini akan berubah dari mobile banking menjadi digital banking pada tahun ini. Pihak BABP akan mengajukan izin layanan digital banking ke OJK pada bulan April mendatang.

Dalam laporan keuangan Bank MNC Internasional per 30 September 2020, laba bersih  sebesar Rp 1,36 miliar, turun 67,46% dari tahun sebelumnya Rp 4,18 miliar.

Total liabilitas Rp 9,31 triliun, naik 2,92% dari Rp 9,04 triliun pada periode yang sama 2019.

Sementara, total ekuitas turun 2,03% dari Rp 1,56 triliun pada 30 September 2019, menjadi Rp 1,53 triliun pada periode yang sama 2020.

Adapun total aset naik tipis 2,19% menjadi Rp 10,84 triliun dari sebelumnya Rp 10,61 triliun pada 30 September 2019.

Rasio Net Interest Margin (NIM) BABP naik menjadi 4,29%, dari 4,12% pada 30 September 2019. Untuk Non Performing Loan (NPL) Nett membaik atau turun dari 4,11% pada kuartal-III 2019 menjadi 3,49% pada kuartal III 2020.

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular