Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Cek ya! 4 Saham Big Cap Ini Paling Anjlok di Bursa, Kok Bisa?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
10 March 2021 06:49
Unilever (REUTERS/Philippe Wojazer)
Foto: Astra (Dok. Astra)

UNVR

Saham emiten peritel raksasa UNVR tercatat anjlok 7,96% selama sebulan terakhir. Sementara, kinerja YTD pun ikut negatif, yakni sebesar 15,82%.

Padahal, selama sebulan investor asing sudah masuk ke UNVR senilai Rp 1,29 miliar. Tapi, secara YTD asing sudah melego saham emiten produsen berbagai produk makanan dan perawatan pribadi ini sebesar Rp 35,53 miliar.

Sebelumnya, UNVR melaporkan laba bersih 2020 tercatat turun 3,11% menjadi Rp 7,16 triliun, dari tahun sebelumnya Rp 7,39 triliun. Penurunan laba bersih ini seiring dengan kenaikan tipis pendapatan saat pandemi Covid-19.

Total penjualan bersih UNVR di 2020 mencapai Rp 42,97 triliun, naik 0,12% dari 2019 yakni Rp 42,92 triliun.

Bila ditelisik, penjualan dari dalam negeri mencapai Rp 41,16 triliun, naik dari 2019 Rp 40,87 triliun, sementara penjualan ekspor turun menjadi Rp 1,81 triliun dari sebelumnya Rp 2,05 triliun.

Kontribusi penjualan terbesar yakni kepada pihak berelasi Unilever Asia Private Limited senilai Rp 552,63 miliar, kendati ambruk dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,37 triliun.

Berikutnya penjualan kepada Unilever (Malaysia) Holdings Sdn Bhd sebesar Rp 320,06 miliar dari sebelumnya nihil, dan kepada Unilever Philippines Inc Rp 245,82 miliar dari sebelumnya Rp 240,22 miliar.

Sebelumnya manajemen UVR menyatakan pada kuartal kedua, penjualan bersih memang turun, imbas dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sebab itu, mencermati kondisi penuh tantangan dan perubahan, perseroan fokus kepada tiga hal yaitu melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan.

ASII

Mirip dengan UNVR, kinerja saham induk usaha konglomerasi Grup Astra yakni ASII pun memerah, baik selama sebulan maupun sejak awal tahun.

Saham sang 'raja otomotif' ambruk 9,02% selama sebulan. Setali tiga uang, secara YTD saham ASII sudah terjun 15,82%.

Jebloknya saham ASII diikuti oleh aksi jual bersih asing sebesar Rp 2,62 triliun selama sebulan, kemudian sebesar Rp 1,46 triliun secara YTD.

Selain itu, pada akhir bulan lalu, ASII melaporkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan pada 2020. Laba bersihnya drop 26% menjadi Rp 16,16 triliun pada 2020, dibandingkan 2019 yang tercatat Rp 21,71 triliun.

Penurunan laba bersih Astra disebabkan karena penurunan pendapatan bersih sebesar 26% menjadi Rp 175,05 triliun dari Rp 237,17 triliun pada periode waktu yang sama.

"Pendapatan dan laba bersih grup Astra (Grup) pada tahun 2020 menurun akibat dampak dari pandemi Covid-19 dan upaya penanggulangannya. Grup terus beroperasi di tengah kondisi yang menantang, dan masih terdapat ketidakpastian mengenai kapan pandemi akan berakhir," kata Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro, melalui siaran persnya.

Mantan Dirut Astra Credit Companies (ACC) ini menambahkan kondisi ini akan berlangsung selama beberapa waktu dan masih terlalu dini untuk memprediksi dampak pandemi terhadap kinerja Grup pada tahun 2021.

Penurunan kinerja Astra, disebabkan karena penjualan mobil ambles 50% dengan pangsa pasar juga sedikit turun. Sementara penjualan sepeda motor turun 41%, tapi pangsa pasar yang meningkat.

Selain itu, di industri jasa keuangan anak usaha Astra harus melakukan peningkatan provisi kerugian kredit, dan di anak usaha pertambangan, penurunan harga batu bara mempengaruhi penjualan alat berat dan volume kontraktor penambangan juga mempengaruhi pendapatan perseroan.

Di sektor agribisnis, anak usaha perseroan diuntungkan oleh harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi, di mana posisi neraca keuangan dan pendanaan yang kuat.

NEXT: Chandra Asri & HMSP

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular