Round Up Sepekan

Waduh! Rupiah Kian Menjauh dari Level Psikologis Rp13.900/US$

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 March 2021 15:40
Ilustrasi Uang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan ini rupiah kian menjauh dari level psikologis 13.900 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), setelah terkoreksi untuk kedua pekan secara beruntun. Kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS merontokkan kedigdayaan rupiah.

Mata Uang Garuda bertengger di level 14.290 per dolar AS, atau melemah 0,21% secara harian pada Jumat (5/3/2021) kemarin. Secara mingguan, rupiah juga tertekan, yakni sebesar 0,35% dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu pada Rp 14.240 per dolar AS.

Ini kian menjauhkan posisi rupiah dari level psikologis 13.900 yang terakhir disentuh 3 pekan lalu pada 16 Februari 2021. Kabar positif kenaikan cadangan devisa cadangan akhir Februari sebesar US$ 138,8 miliar tak cukup memperkuat keyakinan investor.

Padahal, posisi cadangan devisa tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka, yang juga dicetak pada Januari lalu yakni sebesar US$ 138 miliar. Namun, koreksi terus mendera karena kekhawatiran global terkait taper tantrum.

Cadangan devisa yang tinggi mengisyaratkan bahwa bank sentral memiliki cukup amunisi untuk memasok kebutuhan dolar AS di dalam negeri, dan juga untuk mengintervensi pasar uang jika diperlukan.

Namun, imbal hasil surat utang yang menjadi acuan di AS naik hingga mendekati level 1,5%. Jika level 1,5% terlewati, pasar khawatir terjadi taper tantrum di mana bank sentral AS menghentikan pembelian surat utang di pasar yang bisa memicu gejolak di pasar global.

Imbas lainnya, dolar AS menguat karena pasokan mata uang Negeri Sam itu berkurang secara mendadak, dan pemodal menarik kembali dana yang diputar di negara berkembang yang berujung pada anjloknya kurs mata uang setempat.

Sebelumnya, rupiah menguat karena ekspektasi bahwa stimulus sebesar US$ 1,9 triliun di AS akan menambah uang beredar yang secara teoritis menekan nilai dolar AS. Likuiditas yang berlimpah memicu inflow ke pasar keuangan negara berkembang tak terkecuali Indonesia.

Aset-aset keuangan di Indonesia pun diekspektasikan dilirik karena memberikan imbal hasil menarik. Namun sejak Rabu, yield obligasi pemerintah AS terus menguat yang membuat keuntungan investasi di surat utang AS jadi lebih menarik ketimbang di surat utang negara lain. Kenaikan yield menunjukkan bahwa harga surat utang sedang turun alias murah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Yield US Treasury 1O Tahun Tembus ke Level 1,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular