Yield Treasury AS Sentuh 1,5% Lagi, Harga SBN Kembali Melemah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
05 March 2021 18:13
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan akhir pekan Jumat (5/3/2021) mayoritas ditutup melemah, menyusul kenaikan kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/3/2021) waktu setempat

Mayoritas SBN cenderung dilepas oleh investor, kecuali SBN berkode FR0061 dengan tenor 1 tahun dan SBN seri FR0081 berjatuh tempo 5 tahun yang masih dikoleksi oleh investor hari ini.

Dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami kenaikan yield, kecuali SBN berkode FR0061 yang turun 6,7 basis poin (bps) ke level 3,938% dan SBN dengan seri FR0081 yang juga turun 0,3 bps ke 5,719%. Sementara itu, yield SBN dengan seri FR0087 tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali naik 1,9 bps ke level 6,625%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Kemarin, yield acuan obligasi pemerintah AS (US Treasury Bond) tenor 10 tahun naik kembali sebesar 8,01 bps ke 1,5484%. Level tersebut merupakan penutupan perdagangan tertinggi di tahun ini, dan sejak Februari 2020 lalu. Hari ini, yield tersebut masih berada di atas 1,54%.

Hal itu dapat menjadi risiko capital outflow di pasar obligasi Tanah Air, sebab selisih yield antara Treasury AS dengan Surat Berharga Negara (SBN) semakin menipis. Adapun selisih (spread) dari yield SBN acuan tenor 10 tahun dengan yield acuan Treasury AS dengan tenor yang sama saat ini sebesar 514,6 bps.

Kenaikan yield SBN terjadi di tengah kabar positif yang datang dari dalam negeri, di mana posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir Februari naik US$ 800 juta dibandingkan dengan posisi akhir Januari lalu. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) Februari sebesar US$ 138,8 miliar, naik US$ 800 juta dalam sebulan.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI.

Posisi cadev di bulan Februari lalu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, mematahkan rekor sebelumnya sebesar US$ 138 miliar yang dicapai pada bulan Januari lalu. Artinya dalam 2 bulan pertama tahun ini, cadev Indonesia terus mencetak rekor tertinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular