
BI "Turun Gunung" Rupiah Tak Jadi Mata Uang Terburuk Asia

Dari dalam negeri, BI melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Februari sebesar US$ 138,8 miliar, naik US$ 800 juta dibandingkan dengan posisi akhir Januari lalu.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI.
Posisi cadev di bulan Februari lalu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, mematahkan rekor sebelumnya US$ 138 miliar yang dicapai pada bulan Januari lalu. Artinya dalam 2 bulan pertama tahun ini, cadev Indonesia terus mencetak rekor tertinggi.
BI kini dalam posisi bersiap untuk menghadapi situasi pasar keuangan global yang sedang bergejolak.
Hal ini diungkapkan oleh Haryadi Ramelan, Kepala Departemen Pengelolaan Devisa, sebagai Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, dalam acara Power Lunch CNBC TV Indonesia, Jumat (5/3/2021).
"Situasi pasar sedang risk off dan standby, dan full alert untuk pasar domestik kita," ujarnya.
Haryadi memastikan BI akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang terkena dampak dari dinamika global tersebut.
"Ini memang situasi yang masih dinamis, dan BI sesuai mandat akan terus selalu berada di pasar, berlaku secara fundamental rupiah berapa dan ada triple intervention di spot dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward) dan pembelian Surat Berharga Negara di secondary market. Ini tools yang terus kami lakukan dan pantau di pasar," papar Haryadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
