
New York Jatuh, Ulangi New York Jatuh! Selanjutnya Rupiah?

Ya, AS adalah negara dengan laju vaksinasi anti-virus corona tercepat di dunia. Per 2 Maret 2021, total vaksin yang disuntikkan ke lengan rakyat Negeri Paman Sam mencapai 78.631.601 dosis. Rata-rata tujuh harian berada di 1.942.788 dosis per hari.
Perlahan tetapi pasti, sepertinya vaksin mulai membentuk kekebalan tubuh warga AS dalam melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Mengutip catatan Organisasi Kesehatan Dunia, rata-rata penambahan pasien positif baru pada 14 hari terakhir (18 Februari-3 Maret 2021) adalah 65.133 orang per hari. Jauh berkurang ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 98.443 orang setiap harinya.
Pandemi yang mulai terkendali membuat warga AS lebih percaya diri terhadap prospek ekonomi Negeri Adidaya. Geliat ekonomi pun semakin terasa, tidak lagi 'mati suri'.
Pada pekan yang berakhir 26 Februari 2021, pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 0,5% dibandingkan pekan sebelumnya. Ini menjadi kenaikan pertama setelah tiga pekan beruntun mengalami kontraksi (tumbuh negatif).
Kemudian aktivitas sektor jasa semakin membaik, tercermin dari angka Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Februari 2021, PMI sektor jasa AS versi IHS Markit berada di 59,8. Ini adalah yang tertinggi sejak Juli 2014.
Kebangkitan ekonomi berarti permintaan akan naik. Saat permintaan naik, maka inflasi akan terakselerasi.
Peningkatan ekspektasi inflasi mendorong imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ke atas. Pada pukul 08:07 WIB, yield US Treasury Bonds tenor 10 tahun berada di 1,4808%, naik 1,1 basis poin (bps).
"Jika yield kembali menyentuh kisaran 1,5%, maka investor pasti akan mengalihkan pandangan ke sana. Tidak akan ada ruang bagi pasar saham dan instrumen berisiko lainnya," tegas Michael Strich, Chief Investment Officer di BMO Wealth Management, seperti diberitakan Reuters.
Selepas New York 'jatuh', kini sepertinya giliran pasar keuangan Asia. Fokus investor yang mengarah ke pasar obligasi pemerintah AS tidak menyisakan banyak ruang untuk Benua Kuning. Minimnya aliran modal membuat mata uag Asia ramao-ramai melemah, termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
