Ngamuk! Rupiah Langsung Juara Asia Setelah 3 Hari Melemah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 March 2021 16:40
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (3/3/2021) setelah melemah 3 hari beruntun. Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi juara alias mata uang terbaik di Asia.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.300/US$, bahkan cukup lama tertahan di level tersebut. Sempat melemah 0,07%, rupiah perlahan masuk ke zona hijau sebelum terakselerasi menjelang penutupan perdagangan.

Posisi akhir rupiah saat hari ini di Rp 14.240/US$, menguat 0,42% di pasar spot. Mayoritas mata uang Asia memang menguat melawan dolar AS pada hari ini, tetapi hingga pukul 15:11 WIB rupiah menjadi yang terbesar, sehingga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Indeks dolar AS yang sempat menguat kemarin akhirnya berbalik melemah 0,29% di akhir perdagangan Selasa ke Rp 90,785. Hingga sore ini, indeks dolar AS masih berada di level tersebut.

Dolar AS tertekan akibat ekspektasi cairnya stimulus fiskal dalam waktu dekat.

Rancangan undang-udang (RUU) stimulus fiskal US$ 1,9 triliun sudah disetujui oleh House of Representative (Dewan Perwakilan Rakyat/DPR) AS dan saat ini berada di Senat. Partai Demokrat di Senat berusaha meloloskan RUU tersebut pada pekan depan dan diserahkan ke Presiden Joseph 'Joe' Biden agar ditandatangani sebelum tanggal 14 Maret, saat stimulus fiskal yang ada saat ini berakhir.

Ekspektasi cairnya stimulus fiskal tersebut membuat indeks dolar AS melemah pada perdagangan Selasa, dan mengakhiri penguatan 3 hari beruntun. Pelemahan indeks dolar tersebut tentunya dapat membawa rupiah kembali ke zona hijau.

Saat stimulus fiskal cair, jumlah uang yang beredar di perekonomian AS akan bertambah, secara teori dolar AS akan melemah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Lancarkan Operation Twist 

Yield obligasi (Treasury) yang melesat pada pekan lalu turut menekan rupiah. Kini, yield tersebut kini sudah mulai menurun. Yield Treasury AS pada pekan lalu mencapai level 1,6% pekan lalu memberikan sentimen positif ke pasar saham global.

Kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun turun 3,92 basis poin ke 1,4068%. Dalam 3 hari perdagangan, yield Treasury total sudah turun 10,8 basis poin.
Banyak analis melihat kenaikan yield Treasury masih akan tertahan di kisaran 1,5%, sebab jika terus menanjak, maka akan memicu kecemasan terjadi taper tantrum yang dapat memicu gejolak di pasar keuangan global.

Namun, baik investor maupun para ekonom memperkirakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan merubah kebijakannya di bulan ini guna meredam gejolak di pasar obligasi. Ketua The Fed, Jerome Powell, pada rapat kebijakan moneter 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

The Fed sudah 2 kali menjalankan Operation Twist, pada 2011 dan 1961. CNBC International melaporkan pelaku pasar yang mengetahui perihal operasi tersebut mengatakan jika The Fed sudah menghubungi dealer-dealer utama untuk menjalankan operasi tersebut.

Mark Cabana, ahli strategi suku bunga di Bank of America Global Research, mengatakan Operation Twist merupakan kebijakan yang sempurna untuk meredam gejolak di pasar obligasi.

"Operation Twist, dengan menjual obligasi tenor rendah dan membeli tenor panjang secara simultan adalah kebijakan yang sempurna menurut pandangan kami," kata Cabana, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (1/3/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular