
Yield Treasury AS Kembali Turun, Harga SBN Mulai Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (2/3/2021) mayoritas ditutup menguat, di tengah pelemahan bursa saham regional (Asia) dan penurunan imbal hasil (yield)obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Mayoritas SBN ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN berjangka panjang yakni SBN berkode FR0067 dengan tenor 25 tahun dan SBN seri FR0089 berjatuh tempo 30 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor hari ini.
Dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mencatatkan penurunan yield kecuali SBN berkode FR0067 yang naik 0,1 basis poin (bps) ke level 7,398% dan SBN dengan seri FR0089 juga naik 1,2 bps ke 6,828%. Sedangkan untuk SBN seri FR0088 bertenor 15 tahun cenderung stagnan di level 5,378%.
Sementara itu, yield SBN dengan seri FR0087 tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali turun 0,4 bps ke level 6,586%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Hal ini karena yield surat utang AS (US Treasury Bond) masih dalam tren penurunan. Berdasarkan data dari World Government Bond, yield acuan surat utang AS tenor 10 tahun per Senin (1/3/2021) berada di level 1,426% atau naik sedikit dari perdagangan akhir pekan lalu yang berada di level 1,407%.
Namun pada hari ini, pergerakan yield Treasury AS berpotensi akan melanjutkan penurunan, di mana per sore hari ini, yield Treasury AS turun 0,5 bps ke level 1,421%.
Di AS, Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell pada rapat kebijakan moneter 16 - 17 Maret mendatang diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
The Fed sudah 2 kali menjalankan Operation Twist, yakni pada tahun 2011 dan tahun 1961. CNBC International melaporkan pelaku pasar yang mengetahui perihal operasi tersebut mengatakan jika The Fed sudah menghubungi dealer-dealer utama untuk menjalankan operasi tersebut.
Mark Cabana, ahli strategi suku bunga di Bank of America Global Research, mengatakan Operation Twist merupakan kebijakan yang sempurna untuk meredam gejolak di pasar obligasi.
"Operation Twist, dengan menjual obligasi tenor rendah dan membeli tenor panjang secara simultan adalah kebijakan yang sempurna menurut pandangan kami," kata Cabana, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (1/3/2021).
Cabana menyebut Operation Twist "membunuh tiga burung dengan satu batu". Yang pertama menaikkan yield jangka pendek, kemudian stabilitas yield jangka panjang, serta tidak akan menaikkan balance sheet.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi