Yield Obligasi AS Sudah Turun, Rupiah kok Masih Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 March 2021 12:37
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (2/3/2021). Rupiah masih melemah meski yield obligasi (Treasury) AS sudah mengalami penurunan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Sempat menguat 0,7%, rupiah kemudian berbalik melemah 0,21% ke Rp 14.280/US$, sebelum ke Rp 14.270/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Rupiah kini berisiko membukukan pelemahan 3 hari beruntun, melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.303,50Rp14.317,3
1 BulanRp14.350,40Rp14.357,0
2 BulanRp14.410,20Rp14.429,0
3 BulanRp14.466,90Rp14.483,5
6 BulanRp14.658,90Rp14.662,7
9 BulanRp14.812,00Rp14.835,3
1 TahunRp15.011,50Rp15.020,3
2 TahunRp15.675,00Rp15.675,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Yield Treasury yang sebelumnya terus menanjak dan menekan rupiah kini sudah menurun.

Kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun turun 2,7 basis poin ke 1,4290%. Pada perdagangan Jumat lalu, yield ini juga menurun 5,9 basis poin. Penurunan berlanjut pagi ini sebesar 1,5 basis poin.

Namun, rupiah belum mampu menguat, sebab indeks dolar AS yang kini menanjak. Hingga siang ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,23% ke 91,244, dan sudah menanjak dalam 4 hari terakhir.

Aktivitas manufaktur di AS yang kembali meningkatkan ekspansi membuat dolar Australia kembali perkasa. Institute for Supply Management (ISM) kemarin melaporkan aktivitas manufaktur yang tercermin dari purchasing managers' index (PMI) naik menjadi 60,8 di bulan Februari, dari bulan sebelumnya 58,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi sementara di bawahnya berarti kontraksi.

Angka indeks 60,8 merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Hal tersebut tentunya menunjukkan pemulihan ekonomi AS berada di jalur yang tepat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular