Yield Obligasi AS Mulai Menurun, Harga SBN Ditutup Beragam

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 March 2021 18:10
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (1/3/2021) ditutup bervariasi, di tengah turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan perkembangan positif terkait pandemi.

Sikap investor kembali cenderung beragam, di mana SBN bertenor 1 tahun, 10 tahun, 25 tahun, dan 30 tahun ramai dikoleksi oleh investor. Sedangkan sisanya yakni SBN berjatuh tempo 3 tahun, 5 tahun, 15 tahun dan 20 tahun cenderung dilepas oleh investor hari ini.

Imbal hasil (yield) SBN tenor 1 tahun berkode FR0061 turun 1,5 basis poin (bp) ke level 3,989%, kemudian yield SBN kode FR0067 berjatuh tempo 25 tahun juga turun 2,7 bp ke 7,397%, dan SBN seri FR0089 bertenor 30 tahun naik 0,7 bp ke 6,816%. Sedangkan sisanya mengalami kenaikan yield

Sementara itu, yield SBN dengan seri FR0087 tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara juga turun 0,8 bp ke level 6,590%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pergerakan harga dan yield SBN pada hari ini terjadi di tengah penurunan yield acuan obligasi pemerintah AS (US Treasury Bond), di mana yield mulai menurun dari level tertingginya pekan lalu. Berdasarkan data dari situs World Government Bond, yield acuan surat utang AS bertenor 10 tahun per Jumat (26/2/2021) turun ke level 1,407%.

Bervariasinya harga dan yield SBN hari ini juga terjadi di tengah sentimen positif yang datang dari dalam negeri, di mana kasus positif virus corona (Covid-19) di Tanah Air terus melandai. Per Minggu (28/2/2021) kemarin, kasus positif Coivd-19 bertambah 5.560 orang. Angka ini terus melandai dibanding hari sebelumnya yang mencapai 6.208 kasus.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Februari 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar. Pada Senin (1/3/2021), BPS melaporkan laju inflasi nasional bulan lalu adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) di angka 1,38%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Februari 2021 adalah 0,08% MtM. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya adalah 1,36%. Sementara itu, konsensus Reuters memperkirakan inflasi Februari 2021 berada di 0,9% MtM. Inflasi tahunan diperkirakan 1,38%.

Selanjutnya, IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 50,9 untuk periode Februari 2021. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, jika di atas 50 maka dunia usaha masih melakukan ekspansi.

Akan tetapi, skor PMI manufaktur Tanah Air melorot dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 52,2. Pencapaian Januari 2021 adalah yang terbaik dalam 6,5 tahun terakhir.

"Ada sinyal kesehatan sektor manufaktur yang terjadi sejak November 2020 memburuk. Produksi terus naik, hingga empat bulan berturut-turut, tetapi lajunya melambat. Perlambatan produksi berarti ada penurunan pasokan barang jadi," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, menyatakan bahwa peningkatan kasus positif corona Covid-19 di Indonesia masih menjadi faktor utama penghambat aktivitas produksi. Namun walau ada perlambatan, Harker menilai sektor manufaktur Ibu Pertiwi masih tahan banting (resilient).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular