Ini 9 Kabar Penting untuk Cari Cuan, Saat Covid-19 Turun

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 March 2021 08:40
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal pekan ini bursa saham domestik berpotensi kembali melanjutkan pelemahannya seiring terkoreksinya bursa saham Wall Street. Namun ada kabar baik dari dalam negeri, jumlah kasus baru terinfeksi virus covid-19 mulai turun drastis, diharapkan ini bisa jadi katalis baru.

Kasus positif infeksi virus corona (Covid-19) di Indonesia bertambah 5.560 orang pada Minggu (28/2/2021). Jumlah ini terus melandai dibanding hari sebelumnya yang mencapai 6.208 kasus.

Berdasarkan laman Covid19.go.id, tambahan jumlah hari ini membuat total kasus positif mencapai 1.334.634 orang.

Pada perdagangan, Jumat akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,76% ke level 6.241,79 poin dengan nilai transaksi Rp 21,58 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,56 juta kali.

Pelaku pasar asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 95,07 miliar, namun sejak awal tahun, pelaku pasar masih membukukan net buy sebesar Rp 14,56 triliun.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Senin (1/3/2021):

1. Sowan ke Pieter Tanuri, Kaesang Siap Beli Saham Bali United?

Sempat heboh dengan tuduhan pompom saham tertentu, terutama BUMN, di Bursa Efek Indonesia (BEI), Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep kembali meramaikan spekulasi dunia persahaman di Tanah Air.

Kaesang baru saja bertemu dengan pemilik Bali United, Pieter Tanuri. Bali United adalah satu-satunya klub sepak bola Indonesia yang sahamnya tercatat di BEI melalui induknya PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA). Dalam sepekan terakhir, saham BOLA naik 4,08% dan sebulan melesat 56% di level harga Rp 306/saham.

Pada perdagangan terakhir Jumat lalu, saham BOLA ditutup naik 4,75% di posisi Rp 306/saham dengan nilai transaksi Rp 1,17 miliar dan volume perdagangan 3,88 juta saham.

2. Erick Bikin Holding, Hotel Indonesia Natour Spin-Off 11 Hotel

BUMN pengelola hotel, PT Hotel Indonesia Natour/HIN (Persero) berencana melakukan pemisahan bisnis (spin-off) 11 unit hotel miliknya dalam rangka integrasi dan peningkatan nilai hotel BUMN melalui pendirian PT Hotel Indonesia Properti (HIPro) dengan porsi kepemilikan 99,99%.

Dalam rangka melakukan spin-off 11 unit hotel, perseroan terlebih dahulu mendirikan HIPro dengan setoran tunai. HIN akan memiliki penyertaan sebanyak 99,99% dan sisanya 0,01% oleh koperasi karyawan Grand Inna Bali Beach.

Hal itu diungkapkan berdasarkan dokumen Pengumuman Atas Ringkasan Rancangan Spin-Off Bisnis 11 Unit Hotel PT Hotel Indonesia Natour (Persero) dalam Rangka Integrasi dan Peningkatan Nilai Hotel BUMN melalui Pendirian PT Hotel Indonesia Properti.

3. Terbitkan 925 Juta Saham Baru, BJBR Bakal Rights Issue

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) akan melaksanakan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue sebanyak 925 juta lembar saham seri B dengan nominal Rp 250 per saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (26/2/2021) angka tersebut setara dengan 9,4% dari total jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam Prospektus PMHMETD dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Adapun rencana tersebut akan dimohonkan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2020 (RUPST) yang akan diselenggarakan pada tanggal 6 April 2021.

4. Laba BTPN Turun 32% Jadi Rp 1,75 T di 2020

PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatat penurunan kredit hingga 4% (year-on-year/yoy) menjadi Rp 136,2 triliun sepanjang 2020 akibat pelemahan aktivitas bisnis dan repayment kredit yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru.

Mengutip keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (26/2/2021) meski kredit mengalami penurunan, segmen korporasi masih mencatat pertumbuhan sebesar 4% menjadi Rp 78,7 triliun (yoy).

Hingga akhir Desember 2020 akumulasi total nilai kredit yang disetujui untuk mendapat restrukturisasi adalah sebesar Rp 13,2 triliun atau sekitar 9,7% dari keseluruhan portofolio kredit konsolidasi. Adapun untuk gross NPL tercatat berada di level 1,21% hingga akhir Desember 2020. Angka ini relatif rendah dibandingkan NPL industri perbankan yang tercatat sebesar 3,06%.

5. Beli Rumah DP Nol Persen, Bos BCA Wanti-wanti soal Ini!

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyebutkan relaksasi kebijakan pemberian uang muka (down payment/DP) 0% atas pembiayaan kredit properti dan kendaraan yang diberikan oleh regulator harus diberikan dengan bijaksana oleh perbankan.

Menurut Jahja, pemberian fasilitas ini harus disesuaikan dengan kemampuan nasabah. "Tetapi yang bijaksana dari pemerintah itu boleh, bukan harus, artinya kita sebagai bank yang memastikan kredit itu kan mengukur dan melihat kemampuan nasabah," kata Jahja dalam konferensi pers virtual, Jumat (26/2/2021).

Selain mempertimbangkan kemampuan nasabah, adanya fasilitas ini juga harus mempertimbangkan kemampuan perbankan.

"Kita lihat bisa 0% tapi dengan persyaratan, dan kita juga bisa," terangnya.

6. Konglomerat Sri Prakash Caplok Tambang Emas Rp 300 M

Emiten bahan baku industri tekstil, PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) menyelesaikan akuisisi mayoritas saham PT Cikondang Kancana Prima (CKP), perusahaan tambang dan pengolahan emas di Cianjur, Jawa Barat.

"Pada 28 Desember 2020, kami sudah menyampaikan Keterbukaan Informasi dan Fakta Material tentang penandatanganan Perjanjian Jual Beli Bersyarat pada 23 Desember 2020 untuk mengambilalih 80% kepemilikan saham di CKP dari pemegang sahamnya yang ada," kata Presiden Direktur INDR, Vishnu Swaroop Baldwa, dalam keterbukaan informasi di BEI, Jumat (26/2/2021).

"Bersama dengan dokumen terkait lainnya untuk melengkapi dan memberlakukan pengambilalihan. Penyelesaian transaksi ini telah tercapai pada 24 Februari 2021," jelasnya.

7. Pendapatan Drop di 2020, Laba INCO Melesat 44% Jadi Rp 1,2 T

Laba emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencapai US$ 82,82 juta atau setara dengan Rp 1,16 triliun (kurs Rp 14.000/US$) di tahun pandemi 2020, naik 44,28% dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar US$ 57,40 juta atau setara Rp 804 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa efek Indonesia (BEI), Jumat (26/2/2021), pendapatan turun 2,2% menjadi US$ 764,74 juta atau setara dengan Rp 10,71 triliun dari tahun sebelumnya US$ 782,01 juta atau setara Rp 11 triliun.

Ekuitas perusahaan naik tajam menjadi US$ 2,02 miliar dari US$ 1,92 miliar, sementara kewajiban naik tak signifikan menjadi US$ 294,27 juta dari US$ 280,99 juta.

8. Naik Tak Wajar, BEI Awasi Saham GDYR & 3 Bank Mini

Saham emiten pembuat ban mobil, PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) pada Kamis (25/2/2021) kemarin masuk pengawasan Bursa Efek Indonesia (BEI) karena bergerak di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).

Pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (26/2/2021), saham GDYR kembali melesat 2,57% ke level Rp 2.790/unit. Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham GDYR hari ini mencapai Rp 9,1 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 2,9 juta lembar saham. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) di saham GDYR melalui pasar reguler sebesar Rp 10,52 juta.

Selama sepekan terakhir, memang saham GDYR sudah melesat sangat tinggi, yakni hingga hampir menyentuh 100% atau lebih tepatnya 99,29%. Bahkan, selama sebulan terakhir, saham GDYR juga telah melesat 97,87%.

9. Rogoh Rp 3,15 T, GIC Singapura Masuk ke Bank Jago

Dana abadi atau Sovereign Wealth Fund asal Singapura GIC Private Limited akan masuk menjadi pemegang saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) melalui skema Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II alias rights issue.

GIC rencananya merogoh kocek sampai Rp 3,15 triliun untuk mengeksekusi HMETD sebanyak 1,19 miliar unit. Hal tersebut terungkap dalam prospektus yang diterbitkan oleh Bank Jago dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (26/2/2021).

Dalam prospektus tersebut dinyatakan bahwa Bank Jago akan menerbitkan 3 miliar saham baru di harga eksekusi Rp 2.350 per saham. Bila semua HMETD dilaksanakan, maka Bank Jago akan meraih dana segar Rp 7,05 triliun. Setiap pemilik 579 saham lama Perseroan akan memperoleh 160 HMETD, yang bisa dieksekusi menjadi saham baru.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular