
Selamat Bergabung BRIS, Bank Jago & Emtek di Big Cap Rp 100 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham saat ini sedang ramai dengan proses merger dan akuisisi emiten di Bursa Efek Inodnesia (BEI). Sebelumnya, proses merger yang telah berjalan sukses adalah PT Bank Syariah Indonesia (BRIS), sedangkan untuk proses akuisisi yang juga terbilang sukses ada di saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang sebelumnya bernama PT Bank Artos.
Seiring dengan ramainya pasar saham dan ramainya proses merger atau akuisisi beberapa perusahaan, membuat kapitalisasi pasar perusahaan yang telah dimerger atau diakuisisi naik signifikan, seperti yang terjadi di saham BRIS dan PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Belakangan ini, kedua saham tersebut masuk ke dalam daftar big cap alias emiten dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 100 triliun. Namun, salah satunya belum masuk ke dalam 10 besar.
Per Rabu (24/2/2021), market cap saham BRIS masuk ke dalam 10 besar kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun, sedangkan untuk saham ARTO sebelumnya sempat masuk 10 besar big cap, namun akhirnya kembali terdepak dengan saham BRIS.
Berikut daftar 13 saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun
NEXT: Analisis prospeknya
Dari ke-13 saham dengan market cap Rp 100 triliun di atas, terdapat tiga saham yang jika diukur dari ukuran perusahaannya (size) masih belum terlalu besar namun sudah masuk ke dalam daftar saham dengan market cap di atas Rp 100 triliun.
Selain saham BRIS dan ARTO, ada saham emiten grup media, yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Melesatnya ketiga saham tersebut membuat market cap ketiganya pun melonjak dan berhasil masuk ke dalam daftar saham dengan market cap di atas Rp 100 triliun.
Per Rabu kemarin, market cap saham EMTK mencapai Rp 122 triliun dan menduduki posisi ke-9 dari 13 saham yang market cap-nya berada diatas Rp 100 triliun.
Secara kinerja saham harian, EMTK pada perdagangan Rabu kemarin ditutup melemah 3,14% ke level Rp 2.160/unit. Walaupun kemarin melemah, namun selama sepekan, saham EMTK sudah mengat 0,93% dan selama 6 bulan terakhir sudah melesat hingga 339,92%.
Nilai transaksi saham EMTK pada perdagangan kemarin mencapai Rp 29,4 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 13,6 juta lembar saham. Investor asing melakukan aksi jual bersih di pasar reguler sebesar Rp 2,84 miliar.
BRIS & ARTO
Selanjutnya setelah EMTK, di posisi ke-10 diduduki saham BRIS dengan market cap sebesar Rp 115 triliun per Rabu kemarin. Saham BRIS menguat 1,08% ke posisi Rp 2.820/unit pada perdagangan kemarin.
Selama sepekan terakhir, saham BRIS masih menguat 2,92% dan sepanjang tahun ini (year-to-date/YTD) telah melesat hingga 798,09%.
Nilai transaksi saham BRIS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 208,3 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 73,8 juta lembar saham. Investor asing pun juga melakukan aksi jual bersih di pasar reguler sebesar Rp 368,85 juta.
Sedangkan untuk market cap saham ARTO pada perdagangan kemarin berhasil menduduki posisi ke-11 setelah saham BRIS, di mana market cap ARTO mencapai Rp 114 triliun. Pergerakan saham ARTO pun masih cukup baik, walaupun sempat melemah selama 2 hari karena aksi jual investor.
Saham ARTO kembali ditutup melesat 3,69% ke posisi 10.525/unit. Selama sepekan, saham ARTO telah melesat hingga 24,56% dan dalam setahun terakhir sudah melesat hingga ribuan persen yakni 6.478%.
Adapun nilai transaksi saham ARTO pada perdagangan kemarin mencapai Rp 274,2 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 27,7 juta lembar saham. Investor asing pun juga melakukan aksi jual bersih di pasar reguler sebesar Rp 23,2 miliar.
Untuk saham ARTO yang sebelumnya bernama Bank Artos ini, akuisisi yang dilakukan oleh bankir Jerry Ng dan Patrick Walujo (pemilik Northstar) serta Gojek membuat saham ini melesat dan membentuk reli selama 8 hari beruntun.
Sebagai informasi, Jerry dan sejumlah pihak mengakuisisi Bank Artos melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Ltd (WTT) secara resmi pada 26 Desember 2019, seperti terungkap dalam keterbukaan informasi BEI.
MEI mengakuisisi 454,15 juta saham ARTO pada harga Rp 395/saham. Nilai akuisisi itu setara dengan Rp 179,39 miliar. Setelah transaksi tersebut maka MEI memiliki 37,65% saham di Bank Artos, sebelum berganti nama menjadi Bank Jago pada Juni 2020.
Kemudian, pada April 2020, Bank Jago merampungkan pelaksanaan penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana mencapai Rp 1,34 triliun.
Perseroan merilis sebanyak 9,65 miliar saham baru. Setiap pemilik 1 unit saham, akan mendapatkan 8 unit saham baru. Harga pelaksanaan rights issue dengan HMETD ini ditetapkan Rp 139/saham.
Nama Jerry dan Patrick memang dikenal karena beberapa kali terlibat dalam aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A). Keduanya kini menjadi pemegang saham pengendali ARTO dengan membeli 51%.
Dalam dokumen Ringkasan Rancangan Akuisisi yang dipublikasikan Kamis (22/8/2019) lalu, manajemen Bank Artos menyampaikan bahwa MEI dan WTT memang akan mengambilalih 51% kepemilikan saham perusahaan dari pemilik saham sebelumnya, yakni keluarga besar Arto Hardy.
MEI merupakan perusahaan konsultan manajemen yang berdiri di tahun 2014. Adapun WTT adalah perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong.
Pemegang saham utama WTT adalah Ares Wonder Group (AWG) yang merupakan perusahaan investasi yang terdaftar di Kepulauan Cayman, salah satu negara bebas pajak. AWG dikendalikan oleh pengusaha Patrick Sugito Waluyo yang sejak tahun 2003 juga merupakan pendiri dan pengelola Northstar Group.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Emtek (EMTK) Kena ARB Berhari-Hari, Ada Apa?
