
Lagi! Saham ARTO Dibuka Ambrol & Langsung Kena ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib tak beruntung kembali dialami oleh saham PT Bank Jago Tbk (ARTO), di mana pada pembukaan sesi pertama Rabu (24/2/2021), saham ARTO kembali dibuka ambles 6,9% ke level Rp 9.450/unit dan langsung menyentuh level auto rejection bawah (ARB)
Pada perdagangan Selasa (23/2/2021) kemarin, nasib sial serupa juga terjadi di saham ARTO, di mana pada pembukaan awal sesi I kemarin, saham ARTO langsung ambrol dan menyentuh level ARB.
Penguatan saham ARTO selama sepekan terakhir pun menurun, dari sebelumnya melesat hingga 28,48%, kini menjadi 11,93% sepekan terakhir.
Adapun selama sebulan terakhir, saham ARTO telah melesat hingga 44,27%. Bahkan setahun terakhir, saham ARTO sudah melesat hingga ribuan persen atau lebih tepatnya 5.806%.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham ARTO pada awal perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 16,2 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,7 juta lembar saham. Investor asing pun sudah masuk di saham ARTO melalui pasar reguler sebanyak Rp 1,48 miliar.
Berdasarkan data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (22/2/2021) lalu, saham ARTO sempat masuk ke dalam daftar 10 besar kapitalisasi pasar terbesar (big cap) di BEI. Saham ARTO pun menduduki posisi ke-10 dan mendepak posisi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang sebelumnya berada di posisi ke-10 pada akhir pekan lalu.
Namun, karena saham ARTO sendiri ambles dimulai pada perdagangan kemarin, otomatis saham ARTO terdepak dari daftar 10 besar big cap BEI. Adapun kapitalisasi pasar (market cap) saham ARTO pagi ini turun menjadi Rp 103 triliun.
Reli saham ARTO yang terbentuk selama delapan hari beruntun pun memudar karena investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) di saham tersebut. Pelemahan saham ARTO sudah terjadi pada perdagangan kemarin.
Sebelumnya, liarnya pergerakan saham bank mini, termasuk saham ARTO didorong oleh sentimen konsolidasi perbankan sebagai konsekuensi dari aturan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.
Bank-bank dengan modal cekak harus mencari investor strategis untuk menyuntikkan modal, seperti yang juga terjadi di saham ARTO, yang sebelumnya bernama Bank Artos tersebut kemudian diakusisi oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo.
Apalagi ditambah dari sentimen diakuisisinya Bank Jago oleh Gojek lewat sayap bisnis keuangannya yaitu GoPay juga makin mendorong saham ARTO melesat selama 8 hari beruntun, di mana GoPay mengakuisisi 22% saham bank BUKU II ini pada Desember lalu.
Rencana ARTO yang akan menjadi bank digital Gojek menjadi katalis positif bagi harga sahamnya. Kendati valuasinya sudah sangat premium tetapi potensi pertumbuhan dari kinerja keuangan perusahaan juga tak bisa dianggap remeh.
Apalagi jika rumor Gojek yang akan merger dengan Tokopedia itu benar adanya. Akses terhadap funding dan pembiyaan dari ekosistem digital Gojek serta Tokopedia bukan main besarnya. Inilah yang membuat harga sahamnya bak naik ke puncak gunung selama 8 hari berturut-turut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dicaplok Gojek, Bank Jago Kantongi Nama Investor Lainnya