
Melesat 8 Hari, Reli ARTO Berakhir & Sedang Dibanting

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah bergerak liar selama delapan hari beruntun dan menjadi top gainers pada penutupan perdagangan sesi kedua Senin (22/2/2021) kemarin, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dibuka ambles pada perdagangan awal sesi pertama Selasa (23/2/2021).
Bahkan selang beberapa menit setelah dibuka, saham ARTO pun hampir terkena level auto rejection bawah-nya (ARB). Tercatat pada pukul 09:11 WIB, saham ARTO ambles 5,5% ke level 10.300/unit.
Selama sepekan terakhir, saham ARTO telah melesat hingga 30,38% dan selama tiga bulan terakhir, saham ARTO meroket 50,92%. Bahkan setahun terakhir, saham ARTO sudah melesat tinggi hingga ribuan persen, yakni 5.923%.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham ARTO pagi ini mencapai Rp 48,7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 4,7 juta lembar saham. Investor asing melakukan aksi jual bersoh di pasar reguler sebesar Rp 4,16 miliar.
Bahkan kapitalisasi pasar saham ARTO pun sudah menyentuh Rp 100 triliun. Per pagi hari ini, kapitalisasi pasar saham ARTO sudah mencapai Rp 113 triliun.
Reli saham ARTO yang terbentuk selama delapan hari beruntun pun memudar karena investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) di saham tersebut.
Sebelumnya, liarnya pergerakan saham bank mini, termasuk saham ARTO didorong oleh sentimen konsolidasi perbankan sebagai konsekuensi dari aturan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 danminimal Rp 3 triliun tahun 2022.
Bank-bank dengan modal cekak harus mencari investor strategis untuk menyuntikkan modal, seperti yang juga terjadi di saham ARTO, yang sebelumnya bernama Bank Artos tersebut kemudian diakusisi oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo.
Sebagai informasi, Jerry dan sejumlah pihak mengakuisisi Bank Artos melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Ltd (WTT) secara resmi pada 26 Desember 2019, seperti terungkap dalam keterbukaan informasi BEI.
MEI mengakuisisi 454,15 juta saham ARTO pada harga Rp 395/saham. Nilai akuisisi itu setara dengan Rp 179,39 miliar. Setelah transaksi tersebut maka MEI memiliki 37,65% saham di Bank Artos, sebelum berganti nama menjadi Bank Jago pada Juni 2020.
Kemudian, pada April 2020, Bank Jago merampungkan pelaksanaan penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana mencapai Rp 1,34 triliun.
Perseroan merilis sebanyak 9,65 miliar saham baru. Setiap pemilik 1 unit saham, akan mendapatkan 8 unit saham baru. Harga pelaksanaan rights issue dengan HMETD ini ditetapkan Rp 139/saham.
Nama Jerry dan Patrick memang dikenal karena beberapa kali terlibat dalam aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A). Keduanya kini menjadi pemegang saham pengendali ARTO dengan membeli 51%.
Dalam dokumen Ringkasan Rancangan Akuisisi yang dipublikasikan Kamis (22/8/2019) lalu, manajemen Bank Artos menyampaikan bahwa MEI dan WTT memang akan mengambilalih 51% kepemilikan saham perusahaan dari pemilik saham sebelumnya, yakni keluarga besar Arto Hardy.
MEI merupakan perusahaan konsultan manajemen yang berdiri di tahun 2014. Adapun WTT adalah perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong.
Pemegang saham utama WTT adalah Ares Wonder Group (AWG) yang merupakan perusahaan investasi yang terdaftar di Kepulauan Cayman, salah satu negara bebas pajak. AWG dikendalikan oleh pengusaha Patrick Sugito Waluyo yang sejak tahun 2003 juga merupakan pendiri dan pengelola Northstar Group.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dicaplok Gojek, Bank Jago Kantongi Nama Investor Lainnya