Rupiah Menguat Sih, Tapi Kurang Meyakinkan Nih...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 February 2021 09:19
Ilustrasi Dollar Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bak pisau bermata dua, di satu sisi menumbuhkan minat terhadap aset-aset berisiko tetapi di sisi lain memberi konfirmasi bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi masih panjang dan berliku.

Pada Rabu (24/2/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.050 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,28 % dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun penguatan rupiah terus menipis. Pada pukul 09:07 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.080 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di Rp 14.090/US$. Mata uang Tanah Air menguat 0,14%.

Hari ini, sentimen yang mempengaruhi gerak rupiah (dan pasar keuangan secara keseluruhan) adalah paparan Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed. Dalam pidato di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell menegaskan bahwa pemulihan ekonomi masih belum merata dan jauh dari kata selesai.

"Ekonomi kita masih jauh dari penciptaan lapangan kerja yang maksimal dan target inflasi. Sepertinya butuh waktu untuk mencapai kemajuan yang lebih berarti. Jalan menuju pemulihan ekonomi sangat bergantung kepada perkembangan pandemi dan upaya pencegahan penyebaran virus," jelas Powell, seperti dikutipdari Reuters.

Oleh karena itu, Powell menegaskan kebijakan moneter akan tetap akomodatif. Suku bunga akan tetap rendah dan pembelian surat berharga senilai US$ 120 miliar per bulan masih akan dilanjutkan.

"Kebijakan moneter saat ini akomodatif dan akan tetap akomodatif. Setidaknya sampai ada tanda yang jelas bahwa kita sudah mencapai kemajuan yang signifikan, yang saat ini belum terlihat," ungkap Powell.

Halaman Selanjutnya --> Dua Sisi Pidato Powell

Nah, pernyataan Powell memiliki dua arti. Pertama, kebijakan moneter ultra-longgar akan tetap diterapkan sehingga likuiditas di pasar melimpah-ruah. 'Uang murah' ini akan mendorong mentalitas 'beli, beli, beli' sehingga mendongrak harga berbagai aset keuangan.

"Susah untuk bersikap bearish. Ketakutan yang ada hanyalah takut 'ketinggalan kereta'," ujar Dennis Dick, Head of Market Structure di Bright Trading LLC, seperti dikutip dari Reuters.

Namun di sisi lain, ingat juga bahwa Powell bilang kalau pemulihan ekonomi masih panjang dan lama. Ekonomi belum pulih merata, masih pincang.

Ini yang membikin pelaku pasar juga bersikap hati-hati. Risiko masih tinggi sehingga masih perlu hati-hati.

Sepertinya yang kedua ini berlaku buat rupiah. Investor masih menyimpan kehati-hatian, belum mau terlalu agresif, sehingga aset-aset berbasis rupiah kurang diminati.

Ini terlihat di lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kemarin. Pemerintah melelang enam seri sukuk dan penawaran yang masuk 'hanya' Rp 24,24 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp 4,99 triliun. Minimnya hasil lelang ini membuat pemerintah harus menggelar lelang tambahan alias greenshoe option.

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,09% pada pukul 09:08 WIB. Investor asing membukukan jual bersih Rp 42,63 miliar di pasar reguler.

Seretnya arus modal di pasar keuangan Indonesia membuat rupiah terobang-ambing. Sepertinya laju rupiah tidak akan mulus hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular