Tak Terduga! Nyaris Seharian Mager, Rupiah Malah Juara Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 February 2021 15:37
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (23/2/2021), bahkan menjadi juara alias yang terbaik di Asia.

Padahal, nyaris sepanjang perdagangan rupiah mager, dan baru menambah penguatan di penghujung perdagangan. Pelaku pasar saat ini berfokus pada testimoni ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% di Rp 14.100/US$. Setelahnya sempat melemah 0,07% ke Rp 14.120/US$, sebelum kembali ke Rp 14.100/US$ dan bertahan di level tersebut hingga beberapa menit sebelum perdagangan ditutup.

Rupiah pada akhirnya menutup perdagangan di Rp 14.090/US$, menguat 0,14% di pasar spot.

Meski penguatan tersebut tidak besar, tetapi sudah cukup mengantarkan rupiah menjadi yang terbaik di Asia.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:08 WIB.

Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat hari ini. Menjadi indikasi dolar AS tertekan jelang testimoni ketua The Fed.

Powell akan memberikan testimoninya di hadapan Kongres AS pada hari Selasa dan Rabu waktu setempat. Testimoni tersebut dikatakan akan menarik, sebab terjadi di tengah kenaikan yield obligasi (Treasury) AS ke level tertinggi dalam 1 tahun terakhir.

Joe Capurso, Currency Analyst Commonwealth Bank of Australia, memperkirakan Powell akan sedikit meminta pasar untuk tenang. Sebab dalam beberapa waktu terakhir, pasar terlalu optimistis soal prospek pemulihan ekonomi yang sempat terpukul luar biasa oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Saya rasa Powell akan berupaya sedikit menurunkan optimisme pasar. Mungkin dia akan mencoba berkata 'hei, Tuan Pasar, Anda terlalu jauh di depan. Masih banyak risiko dan AS masih jauh dari penciptaan lapangan kerja maksimal'," kata Capurso, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Optimisme di pasar tersebut membuat yield Treasury terus menanjak yang membuat rupiah tertekan.

Yield Treasury AS tenor 10 tahun sepanjang pekan lalu naik 14,5 basis poin (bp) menjadi 1,345%. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari tahun lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi. Sementara kemarin kembali naik 2,4 bp ke 1,3690%, dan hingga sore ini masih stagnan, menjadi indikasi pasar menanti Powell.

Kenaikan yield Treasury tersebut tentunya membuat obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) kurang menarik, sebab selisihnya semakin menyempit, apalagi dengan Bank Indonesia yang kembali memangkas suku bunga tentunya yield SBN akan terus menurun. Sebagai aset negara emerging market, SBN perlu yield yang tinggi untuk menarik investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular