Deretan Sektor dengan Rasio Utang Segunung, Ini Alasannya!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
23 February 2021 14:24
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rasio utang menjadi salah satu indikator sebuah perusahaan bisa dikatakan sehat atau tidak. Namun ada pengecualian bagi sektor perbankan yang tetap sehat meski rasio utangnya tinggi.

Mino, Analis PT Indo Premier Sekuritas mencontohkan tiga sektor yang memiliki rasio utang tinggi yakni konsumer, konstruksi, dan perbankan.

Dia menjelaskan ada yang berbeda pada sektor perbankan, karena memiliki model usaha berupa simpan pinjam. Dana dari nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) terhitung sebagai utang. Akibatnya Debt to Equity Ratio (DER) bank tersebut menjadi tinggi, namun kondisi ini sangat wajar sekali.

Adapun DER adalah rasio utang terhadap ekuitas atau rasio keuangan yang membandingkan jumlah utang dengan ekuitas.

"Sangat wajar sekali kalau di sektor perbankan karena bisnis-nya seperti itu, simpan pinjam dengan pihak ketiga dan meminjam ke pihak lain jadi bukan sesuatu yang negatif atau menakutkan," paparnya dalam InvesTime CNBC Indonesia, Rabu malam, (17/02/2021).

Kemudian untuk sektor konstruksi, jika DER lebih dari 3 kali, bakal menjadi sinyal yang kurang bagus. Hal ini dikarenakan kalau lebih dari 3 kali akan menjadi beban perseroan karena pinjaman membawa bunga yang semakin tinggi.

"Pinjaman bunga makin tinggi dan sifat bunga mengurangi pendapatan, jadi kalau utang gede bunga besar maka laba bersih perseroan akan mengecil. Pengurangan tersebut kalau terlalu besar utangnya, dampak ke laba bersih perseroan," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan untuk perusahaan konstruksi dalam beberapa tahun terakhir sedang mengerjakan banyak proyek. Artinya mereka membutuhkan banyak pembiayaan, sementara APBN terbatas.

Sebagai catatan, mengacu data BEI, level DER PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) 334,67% atau 3,34 kali, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) 688% atau 6,88 kali, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 575%, dan PT PP Tbk (PTPP) 364%. 


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Alasan Saham Konstruksi Masih Oke, Meski Utang Segunung!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular