
Gegara Covid, Setoran Dividen Global Drop 12% Jadi Rp18.000 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Penelitian terbaru dari perusahaan aset manajemen asal Inggris, Janus Handerson, menunjukkan nilai dividen secara global turun tajam pada 2020 akibat pandemi virus corona.
Nilai dividen atas laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan publik di dunia ambles 12,2% menjadi US$ 1,26 triliun atau setara dengan hampir Rp 18.000 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Ketika krisis kesehatan masyarakat menyebar ke seluruh dunia, yang mendorong penguncian wilayah (lockdown) dan membatasi aktivitas bisnis, maka banyak perusahaan publik (emiten) mulai memotong dan membatalkan nilai pembayaran dividen yang mencapai US$ 220 miliar atau setara dengan Rp 3.000 triliun.
Menurut Indeks Dividen Global terbaru dari manajer investasi Janus Henderson, pemotongan dan pembatalan dividen ini terjadi antara kuartal kedua dan keempat tahun 2020.
Hanya saja menurut data Janus, jumlah total dividen yang dibayarkan antara April dan Desember 2020 mencapai US$ 965,2 miliar atau setara dengan Rp 1.100 triliun, Janus menganalisis dividen yang dibayarkan oleh 1.200 perusahaan publik terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar (market cap) di awal tahun.
Penelitian itu menunjukkan pemotongan dividen paling parah terjadi di Inggris dan Eropa, keduanya bersama-sama menyumbang lebih dari setengah total pengurangan pembayaran dividen secara global, terutama karena pembatasan paksa dari dividen yang dibayarkan emiten-emiten sektor perbankan oleh regulator setempat.
Sementara itu pembayaran dividen naik di perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat (AS) hingga 2,6%.
"Amerika Utara melakukannya dengan sangat baik terutama karena perusahaan dapat menghemat uang tunai [kas] dan melindungi dividen mereka dengan menangguhkan atau mengurangi pembelian kembali saham [buyback], dan karena regulator lebih lunak dengan bank," tulis laporan itu, dikutip CNBC International, Selasa (23/2/2021).
Di tempat lain secara global, Australia sangat terpengaruh tetapi China, Hong Kong dan Swiss bergabung dengan Kanada di antara negara-negara dengan kinerja perusahaan publik terbaik.
Penurunan total dividen pada tahun 2020 hanya sedikit di atas perkiraan analis sebelumnya yang memperkirakan sebesar US$ 1,21 triliun (Rp 17.000 triliun). Hal ini berkat penurunan pembayaran dividen sementara di kuartal keempat yang tidak terlalu parah.
Dalam laporan itu, juga disebutkan prediksi mengenai tahun 2021. Riset tersebut menilai bahwa pembayaran dividen akan terus turun pada kuartal pertama 2021, meskipun penurunan tersebut cenderung tidak separah antara kuartal kedua dan kuartal keempat tahun 2020.
"Prospek untuk setahun penuh tetap sangat tidak pasti," katanya.
"Pandemi telah meningkat di banyak bagian dunia, bahkan saat peluncuran vaksin memberikan harapan. Yang penting, dividen perbankan akan dilanjutkan di negara-negara yang dibatasi, tetapi tidak akan mendekati level 2019 di Eropa dan Inggris, dan ini akan membatasi potensi pertumbuhan," tulis Janus.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang IPO, Bank Sumut Punya Bos Baru! Ini Sosoknya