
Rasio Utang RI Capai 38%, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Jakarta, CNBC Indonesia - Rasio utang Indonesia meningkat ketika adanya pandemi covid sejak Maret tahun lalu. Tercatat rasionya mencapai 38,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau naik dari 2019 yang sebesar 30,5% terhadap PDB.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui kenaikan rasio utang disebabkan pelebaran defisit pada 2020 sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional yang kontraksi akibat pandemi covid. Hal yang sama juga dilakukan banyak negara.
"Ini dilakukan juga pada saat semua negara lakukan countercyclical terutama gunakan instrumen fiskal yang sebabkan kemudian defisit dari APBN-nya meningkat dan rasio utang meningkat," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/2/2021).
Indonesia kata Sri Mulyani, jauh lebih baik dibandingkan dengan banyak negara. Amerika Serikat, Jepang dan beberapa negara maju bahkan mengalami kenaikan rasio utang sampai dengan 20% demi menyelamatkan ekonominya. Walaupun ternyata tidak semua negara mampu menahan tekanan dari pandemi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat kontraksi -2,07%. Sementara defisit anggaran di akhir tahun sebesar 6,09%.
"Mereka gunakan fiskal policy luar biasa dan sangat kuat, namun lihat hasilnya, kontraksi ekonomi masih sangat dalam, mungkin kecuali AS yang kontraksi minus 3,5%," jelasnya.
Pemerintah menjaga defisit dengan sangat hati-hati agar pembiayaan bisa tertangani. Pemerintah juga bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) agar mendapatkan pembiayaan lebih murah. Tujuannya agar dana bisa tersedia untuk dialirkan ke masyarakat.
"APBN mengalami pukulan double, penerimaan drop dan belanja melonjak tinggi untuk covid dan minimalkan dampak kerusakan ekonominya," tegas Sri Mulyani.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tentang Utang RI Rp 6.000 T, Apa Iya Seserem Itu?