Sebulan Utang RI Tambah Rp14,5 T, Ini Penjelasannya!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
02 July 2024 17:35
FILE PHOTO: An Indonesia Rupiah note is seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang pemerintah bertambah Rp 14,59 triliun dari posisi April 2024 senilai Rp 8.338,43 triliun menjadi Rp 8.353,02 triliun per Mei 2024.

Penambahan utang ini terjadi tatkala Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan tengah berhati-hati dalam penambahan porsi utang pemerintah saat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Sehingga lebih memilih strategi memanfaatkan sisa lebih pembiayaan anggaran atau SiLPA 2023 senilai Rp 200 triliun.

Lantas, kenapa posisi utang pemerintah per Mei 2024 tetap naik?

Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Suminto menjelaskan, porsi pembiayaan anggaran melalui SiLPA atau saldo anggaran lebih (SAL) itu tak signifikan dalam keseluruhan pembiayaan anggaran 2024 yang didesain defisit 2,29% dari produk domestik bruto (PDB).

"Ya kan enggak 100% ketutup dari SAL, coba lihat lagi postur APBN 2024, kan sesederhana itu," ucap Suminto saat ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Suminto mengatakan, porsi pemanfaatan pembiayaan non utang memang otomatis akan mengurangi kebutuhan pembiayaan dari utang yang terus terakumulasi dalam anggaran tahun berjalan. Namun, lagi-lagi tak signifikan untuk menambal kebutuhan pembiayaan akibat APBN yang telah didesain defisit.

"Komponennya kan ada dua, pembiayaan utang neto dan pembiyaan non utang neto. Yang pembiayaan utang neto itu yang nambah stok, tapi itu kan bisa kita kurangi dengan penggunaan SAL. Tapi selama utang netonya positif berarti stoknya akan nambah," tegasnya.

Bila dilihat dari komposisi utang per Mei 2024, mayoritas memang masih didominasi dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 7.347,50 triliun. Sisanya berasal dari pinjaman sebesar Rp 1.005,52 triliun.

Untuk utang yang berasal dari penerbitan SBN per Mei 2024 itu bertambah Rp 14,39 triliun dari April 2024 sebesar Rp 7.333,11 triliun, sedangkan pinjaman hanya bertambah Rp 200 miliar karena pada April 2024 sebesar Rp 1.005,32 triliun.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembiayaan anggaran hingga Mei 2024 hanya senilai Rp 84,6 triliun atau turun 28,7% dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 118,6 triliun.

Padahal, pada periode Mei 2024 APBN mulai defisit senilai Rp 21,8 triliun atau 0,1% terhadap PDB. Disebabkan belanja negara meroket tatkala penerimaan negara anjlok. Belanja negara hingga periode itu naik 14% menjadi Rp 1.145,3 triliun dari tahun lalu Rp 1.004,9 triliun, sedangkan pendapatan negara turun 7,1% menjadi Rp 1.123,5 triliun dari Rp 1.209 triliun.

"Teman-teman tentu bertanya kok bisa pembiayaan utang pada saat penerimaan negara turun padahal belanjanya naik?" kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN secara daring, Kamis (27/6/2024).

Sri Mulyani menjelaskan, turunnya pembiayaan anggaran saat mulai defisitnya APBN itu perlu dilakukan karena tren suku bunga acuan tengah tinggi dan kurs rupiah terus mengalami tekanan terhadap dolar AS hingga terdepresiasi 6%.

Oleh karena itu, ia mengatakan, pembiayaan anggaran melalui utang pada saat itu anjlok 12,2% menjadi Rp 132,2 triliun dari Rp 150,5 triliun, terutama karena penerbitan SBN turun. Penjualan SBN neto atau issuance hanya mencapai Rp 141,6 triliun, turun 2% dari Mei 2023.

"Maka strategi pembiayaan juga harus dikelola secara hati-hati. Karena itu, kalau kita lihat sampai dengan Mei 2024, pembiayaan utang kita Rp 132,2 triliun, ini turun 12,2%," tutur Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran, ia lebih memilih untuk memanfaatkan saldo anggaran lebih (SAL). "Karena kita juga menggunakan dari sumber yang berasal dari SAL tahun sebelumnya," ucapnya.

Untuk membiayai kebutuhan pembiayaan belanja negara dalam APBN 2024, Sri Mulyani sebelumnya telah mengaku lebih condong memanfaatkan sisa lebih pembiayaan anggaran atau SiLPA 2023 sekitar Rp 200 triliun.

Sebagai informasi total pemanfaatan SiLPA yang sebesar Rp 200 triliun itu terdiri dari Rp 62,8 triliun khusus untuk Mei 2024, sisanya merupakan penarikan tahun berjalan hingga April 2024 dengan nilai sebesar Rp 146,6 triliun. Sedangkan catatan pada Mei 2023 Rp 322,7 triliun.


(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article APBN Surplus, Sri Mulyani Tetap Tarik Utang Baru Rp104,7 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular