CAPITAL MARKET OUTLOOK

Serbuan Pemodal Ritel di Tahun Pemulihan Pasar Modal

Arif Gunawan & Tri Putra & Putu Agus, CNBC Indonesia
22 February 2021 15:32
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Berbeda dari pasar modal negara maju, pasar modal nasional bakal mendapatkan berkah tambahan dari terjadinya siklus commodity supercycle di mana harga-harga komoditas akan melesat karena permintaan melonjak sementara pasokan masih terbatas akibat efek corona.

Profesor ekonomi terapan di John Hopkins University, Steve Hanke, dalam wawancara dengan Kitco, pada Selasa (22/12/2020), mengatakan komoditas termasuk emas akan memasuki fase supercycle tersebut pada tahun 2021 mendatang.

"Supply sangat terbatas, stok rendah, dan ekonomi mulai bangkit dan maju ke depan, harga komoditas akan naik dan memulai supercycle. Saya pikir saat ini kita sudah melihat tanda awalnya," kata Hanke, sebagaimana dilansir Kitco.

Indeks saham sektor komoditas dan juga rupiah akan diuntungkan dari kondisi tersebut. Oleh karenanya, kami memperkirakan Mata Uang Garuda akan bertolak dari titik penentu, pada level Rp 13.900/US$.

Potensi penguatan rupiah masih terlihat dari pola death cross (perpotongan) rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi tatkala MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD terhadap IDR, yang artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh. Jika mampu menembus dan bertahan di bawah Rp 13.900/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.565/US$ (level terkuat 2020).

Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang penguatan menuju Rp 13.300/US$ hingga Rp 13.150/US$ di tahun 2021. Sementara itu, selama tertahan di atas Rp 14.000/US$, rupiah berisiko melemah dengan resisten kuat di Rp 14.600/US$.

Dolar AS secara fundamental memang dalam tren pelemahan menyusul kondisi banjir likuiditas di AS. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih akan dijaga sampai pasar tenaga kerja AS kembali normal.

Artinya, kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat. Di sisi lain, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan bahwa paket stimulus US$ 1,9 triliun bakal direalisasikan meski bakal berujung pada penambahan inflasi di atas 2%.

Di tengah kelebihan likuiditas di negara maju, Omnibus Law akan menjadi kunci yang menarikinvestasi asing di Indonesia terutama di sektor riil. Pelurusan aturan yang tumpang tindih dan karpet merah yang digelar bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia akan mempercepat pemulihan ekonomiIndonesia dan secara psikologis berdampak positif di pasar modal.

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular