
Catat! Sentimen yang Tentukan Nasib IHSG-Rupiah Pekan Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, hingga harga obligasi pemerintah bergerak melemah.
Sepanjang pekan lalu, IHSG melemah 0,61% secara point-to-point. Investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 556 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi Rp 63,44 triliun. Nilai transaksi tersebut terbilang kecil dibandingkan beberapa pekan terakhir.
Sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 35,8 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena tekanan jual.
Arus modal keluar di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) itu membuat rupiah melemah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah melemah 0,64%.
Oke, yang lalu biarlah berlalu dan saatnya menatap masa depan. Kira-kira bagaimana prospek pasar keuangan Indonesia pekan ini? Sentimen apa saja yang perlu dipantau oleh pelaku pasar?
Halaman Selanjutnya --> Pantau Obligasi Pemerintah AS
Pertama, investor perlu mencermati perkembangan yield obligasi pemerintah AS. Pekan lalu, yield instrumen ini naik sehingga menimbulkan gonjang-ganjing di pasar.
"Ketika yield obligasi pemerintah naik, maka harga aset-aset lain harusnya turun. Teorinya seperti itu," ujar Eric Freedman, Chief Investment Officer di AS Bank Wealth Management.
Sepanjang minggu lalu, yield US Treasury Bond tenor 10 tahun naik 14,5 bps. Yield instrumen ini berada di titik tertinggi sejak Februari 2020.
Kenaikan yield obligasi pemerintah AS disebabkan oleh peningkatan ekspektasi inflasi di Negeri Paman Sam. Seiring pemulihan ekonomi, permintaan akan meningkat sehingga memunculkan tekanan inflasi.
Saat ekspektasi inflasi meningkat, maka yield obligasi akan mengikuti. Sebab investor tentu akan mendorong yield lebih tinggi agar keuntungan tidak tergerus oleh inflasi.
Yield obligasi pemerintah AS yang terus naik lambat laun akan membuat pelaku pasar melirik. Ada ekspektasi cuan yang didapat dari memegang surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden semakin tinggi.
Ini akan membuat arus modal meninggalkan instrumen berisiko untuk masuk ke pasar obligasi pemerintah AS. Jika yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sampai menembus 1,5%, Nomura memperkirakan pasar saham Negeri Adidaya akan anjlok sampai 8%. Kalau sampai terwujud, tentunya kabar kurang enak buat pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi Makin Kencang
Sentimen kedua tentu perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ada tendensi bahwa pandemi sudah mulai terkendali.
Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 19 Februari 2021 adalah 109.997.288 orang. Bertambah 384.448 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (6-19 Februari 2021), rata-rata penambahan pasien baru tercatat 387.117 orang per hari. Jauh menurun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 525.082 orang per hari.
Sepertinya vaksin anti-virus corona mulai menunjukkan tajinya. Sejak program vaksinasi dimulai pada akhir 2020, laju penambahan kasus baru semakin melambat.
Menurut catatan Our World in Data, total vaksin yang sudah disuntikkan per 19 Februari 2021 mencapai 200.329.782 dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi berada di 4.755.183 dosis per hari.
Perlahan tetapi pasti, dunia akan segera mencapai kekebalan kolektif (herd immunity). Riset Citi memperkirakan, negara-negara maju bisa mewujudkan herd immunity pada akhir kuartal III-2021 atau kuartal IV-2021.
"Mayoritas negara maju akan memiliki pasokan vaksin yang memadai untuk menyuntik 70% populasi mereka pada pertengahan kuartal II-2021 atau kuartal III-2021. Dengan begitu, herd immunity bisa tercipta pada akhir kuartal III-2021 atau kuartal IV-2021," sebut riset Citi.
Sementara untuk negara berkembang, mungkin akan butuh waktu sedikit lebih lama. Citi 'meramal' herd immunity di negara berkembang akan terwujud pada akhir kuartal III-2021 hingga pertengahan 2022.
"Di beberapa wilayah seperti Timur Tengah mungkin herd immunity bisa hadir lebih cepat yaitu awal kuartal II-2021. Disusul oleh negara berkembang Eropa yakni pada akhir kuartal III-2021 atau kuartal IV-2021. Baru kemudian terjadi di negara berkembang Asia, Amerika Latin, dan Afrika," lanjut riset Citi.
Ketika herd immunity sudah terwujud, di mana 60-70% rakyat sudah menerima vaksin, maka rantai penularan virus corona bisa diputus karena mayoritas masyarakat sudah kebal. Dengan demikian, pandemi bisa diakhiri dan masyarakat bisa mulai beraktivitas seperti dulu lagi.
Perkembangan positif program vaksinasi membuat berbagai institusi merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2021. Teranyar, Bank Indonesia (BI) menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 5% menjadi 5,1%.
Halaman Selanjutnya --> Pemerintah Perpanjang PPKM Mikro
Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah keputusan pemerintah yang memperpanjang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro hingga 8 Maret 2021. Artinya, segala bentuk pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat masih akan berlaku setidaknya dua pekan lagi.
Dalam PPKM tahap I (11-25 Januari 2021), pusat perbelanjaan hanya boleh beroperasi hingga pukul 19:00 WIB. Kemudian diperlonggar dalam PPKM tahap II (26 Januari-8 Februari 2021) menjadi maksimal pukul 20:00 dan di PPKM Mikro dilonggarkan lagi jadi maksimal pukul 21:00 WIB.
Kemudian dalam PPKM tahap I dan II, restoran hanya boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat maksimal 25% dari kapasitas. Dengan PPKM Mikro, kapasitas maksimal dinaikkan menjadi 50%.
Lalu ada soal kehadiran karyawan perkantoran. PPKM tahap I dan II mensyaratkan karyawan yang bekerja dari rumah (work from home) setidaknya 75%. Dalam PPKM Mikro, dikurangi menjadi 50%.
Meski ada pelonggaran, pembatasan tetap pembatasan. Skala ekonomi masih belum optimal, lajunya belum dengan kecepatan penuh.
Kedatangan pengunjung di berbagai lokasi masih di bawah normal, seperti di pusat perbelanjaan ritel dan tempat rekreasi, lokasi transit, atau tempat kerja. Sementara aktivitas di rumah masih lebih tinggi ketimbang hari-hari biasa.
Program vaksinasi anti-virus corona di Indonesia pun berjalan lambat sehingga membuat masyarakat belum merasa aman dan nyaman untuk beraktivitas di luar rumah. Per 18 Februari 2021, baru 1.787.976 dosis vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rata-rata tujuh harian vaksinasi ada di 60.741 dosis per hari. Masih sangat jauh dari target yang dicanangkan pemerintah yaitu 1 juta dosis per hari.
PPKM, plus pelaksanaan vaksinasi yang lambat, akan membuat waktu yang dibutuhkan untuk normalisasi kegiatan ekonomi menjadi lebih lama. Prospek pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 pun menjadi samar-samar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
