Ironi PPKM: Kasus Covid-19 tidak Turun, Ekonomi yang Menciut!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2021 11:45
Mural Covid-19 di Tengah PPKM Mikro (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Mural Covid-19 di Tengah PPKM Mikro (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah resmi memperpanjang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro hingga 8 Maret 2021. Klaim keberhasilan menekan angka kasus positif virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) jadi latar belakang perpanjangan PPKM Mikro.

"Perpanjangan waktu diputuskan untuk dua minggu ke depan, yaitu 23 Februari sampai dengan 8 Maret 2021. Kita lihat dari tujuh provinsi, sudah seluruhnya mempersiapkan posko-posko dan kita lihat dari update yang ada sudah ada perbaikan," kata Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian, kemarin.

Airlangga menambahkan, provinsi-provinsi yang sebelumnya menjadi hotspot penyebaran virus corona terbukti membaik setelah pelaksanaan PPKM. Provinsi-provinsi itu adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Benarkah itu? Mari kita cek ya...

Kita mulai dari Jakarta. Per 18 Februari 2021, jumlah pasien positif corona di Ibu Kota tercatat 321.111. Bertambah 373 orang dibandingkan sehari sebelumnya, penambahan harian terendah sejak 24 Juli 2020.

Sejak kebijakan PPKM berlaku mulai 11 Januari 2021, berarti 39 hari, rata-rata tambahan pasien positif adalah 2.948 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 39 hari sebelumnya yakni 1.719 orang per hari.

Beralih ke Banten, jumlah pasien positif corona di Tanah Jawara per 18 Februari 2021 adalah 28.095 orang. Bertambah 86 orang dibandingkan sehari sebelumnya, kenaikan harian terendah sejak 14 Februari 2021.

Dalam 39 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 194 orang per hari. Naik dibandingkan sehari sebelumnya yakni 184 orang per hari.

Kemudian di Jawa Barat, jumlah pasien positif corona di Tanah Parahyangan per 18 Februari 2021 adalah 188.526 orang. Bertambah 4.420 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Selama 39 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 2.332 orang per hari. Jauh lebih tinggi ketimbang rerata 39 hari sebelumnya yaitu 1.113 orang per hari.

Pindah ke Yogyakarta, jumlah pasien positif corona di Provinsi Istimewa per 18 Februari 2021 adalah 25.817 orang. Bertambah 255 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Selama 39 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 279 orang per hari. Naik dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 224 orang per hari.

Terakhir di Jawa Timur. Per 18 Februari 2021, jumlah pasien positif di Tanah Arek adalah 124.419 orang. Bertambah 559 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 39 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 816 orang dalam sehari. Lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 765 orang per hari.

Pandemi virus corona yang ternyata masih ganas di provinsi-provinsi tersebut membuat kurva kasus nasional belum bisa melandai. Pandemi masih belum terkendali.

Selama PPKM berlangsung, rata-rata tambahan pasien positif di Tanah Air mencapai 10.882 orang per hari. Jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata 39 hari sebelumnya yaitu 7.101 orang.


Halaman Selanjutnya --> PPKM Cederai Ekonomi

Padahal pelaksanaan PKKM sudah terbukti membuat ekonomi tertekan. Ini terlihat dari dua indikator yaitu Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan penjualan ritel.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, IKK pada Januari 2021 adalah 84,9. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 96,5.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka konsumen secara umum pesimistis dalam memandang perekonomian, baik saat ini hingga enam bulan yang akan datang.

"Pada Januari 2021, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini melemah dari bulan sebelumnya, diindikasi karena diberlakukannya kebijakan PPKM di beberapa wilayah, khususnya Jawa dan Bali, yang berdampak pada kembali menurunnya aktivitas ekonomi dan terbatasnya penghasilan masyarakat. Keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini melemah disebabkan penurunan penghasilan rutin (gaji/upah/honor) maupun omset usaha, yang ditengarai akibat PPKM.

"Keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada Januari 2021 juga tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama pada Januari 2021 juga mengalami penurunan, terutama pada jenis barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga," jelas laporan BI.

Kemudian untuk penjualan ritel, BI memperkirakan terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) 14,2% dbandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Penjualan ritel belum pernah tumbuh positif sejak November 2019.

"Secara bulanan, IPR Januari 2021 diprakirakan menurun -1,8% sejalan dengan faktor musiman permintaan masyarakat yang menurun pasca-HBKN di tengah penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali, serta faktor musim/cuaca dan bencana alam yang terjadi di sejumlah daerah," sebut keterangan tertulis BI.

Perkembangan ini tentu harus menjadi pertimbangan pemerintah. Sudah terbukti bahwa PPKM membuat ekonomi terluka. Namun sejauh ini, mengorbankan ekonomi demi mengendalikan wabah masih jauh panggang dari api. Jangan sampai ekonomi dikorbankan sia-sia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular