
Bank Mega Untung Gede, Grup Salim Kecipratan Berapa?

Tahun lalu, Bank Mega membukukan laba bersih menjadi Rp 3 triliun, naik sebesar 50,2% dari tahun sebelumnya Rp 2 triliun. Kenaikan laba ini jauh melampaui kinerja industri perbankan yang rata-rata anjlok 31% di November 2020.
Mengacu laporan keuangan, kenaikan laba bersih ini disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 3,91 triliun, naik 9,2% dari tahun sebelumnya 3,58 triliun. Sepanjang 2020, perseroan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 48,48 triliun, turun 8,54% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 53,01 triliun.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tercatat tumbuh 8,79% menjadi Rp 79,18 triliun dari tahun sebelumnya Rp 72,79 triliun.
Berdasarkan hasil RUPS Tahunan Jumat lalu (19/2), MEGA resmi akan membagikan dividen senilai Rp 2,1 triliun atau lebih dari 60% dari laba bersih 2020 sebesar Rp 3,01 triliun.
Jumlah dividen yang dibagikan ini menjadi nilai yang terbesar, setelah tahun lalu dibagikan dividen sebesar Rp 1 triliun, atau 50% dari laba bersih 2019.
Selain dividen penggunaan laba bersih ini untuk Rp 11,3 juta sebagai dana cadangan guna memenuhi ketentuan Pasal 70 UUPT. Kemudian sisanya sebesar Rp 908,3 miliar akan dibukukan sebagai saldo laba.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan di tahun ini, perseroan akan tetap menjaga likuiditas perusahaan layaknya aliran darah dalam tubuh perbankan, serta menjaga kepercayaan nasabah. Perusahaan juga memiliki permodalan yang kuat dengan CAR (capital adequacy ratio, rasio kecukupan modal) yang tinggi 31,05%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata perbankan
"Bank Mega masih mengandalkan pertumbuan organik dari laba perusahaan yang membaik dan signifikan dari tahun ke tahun, dengan modal tinggi ini dalam RUPS manajemen akan mengusulkan pembagian dividen yang sangat signifikan," kata Kostaman saat Public Expose, Rabu (17/02/2021).
Tahun ini, Bank Mega menargetkan laba setelah pajak tahun 2021 bisa mencapai Rp 3,5 triliun, naik 16% atau Rp 500 miliar dibanding realisasi tahun 2020 yang sebesar Rp 3 triliun.
Target tersebut dibuat berdasarkan pemulihan ekonomi Indonesia dari pandemi pada tahun 2021. Meski demikian, Kostaman mengatakan bahwa berapa pun pertumbuhan ekonomi Indonesia, Bank Mega optimistis akan terus tumbuh pada 2021.
Di sisi lain, November tahun lalu, Mega Corpora sebagai pemilik Bank MEGA, mengakuisisi PT Bank Harda Internasional Tbk (IDX: BBHI). Dalam akuisisi ini, pemegang saham BBHI yakni PT Hakimputra Perkasa menjual 3,08 miliar saham atau 73,71 persen saham ke Mega Corpora.
Aksi korporasi ini juga sudah mendapat restu pemegang saham yang diputuskan dalam RUPSLB BBHI yang diadakan pada 29 Januari 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)[Gambas:Video CNBC]
