
BI Pangkas Suku Bunga Acuannya, Harga SBN Malah Terkoreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Kamis (18/2/2021) kompak ditutup melemah, setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya pada Februari 2021.
Tercatat seluruh tenor SBN pada hari ini cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan imbal hasil (yield) di semua tenor SBN. Adapun yield SBN dengan seri FR0087 tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik cukup signifikan, yakni sebesar 15,2 basis poin (bp) ke level 6,524%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Di pasar surat utang, pemangkasan suku bunga acuan pada umumnya diikuti penurunan yield obligasi--dan kenaikan harganya. Namun hari ini, pelaku pasar cenderung menahan diri masuk ke pasar, terlihat dari nilai transaksi bursa saham yang hanya Rp 12 triliun atau di bawah rerata nilai transaksi 3 bulan terakhir sebesar Rp 15 triliun.
Mereka juga memilih melepas surat utang mengikuti tren kenaikan imbal hasil surat utang di AS. Kenaikan yield SBN membuat selisih (spread) yield antara SBN tenor 10 tahun dengan obligasi pemerintah AS (Treasury Bond) kini melebar, yakni sebesar 529,7 bp per hari ini.
Pasalnya, yield Treasury Bond AS saat ini cenderung stagnan di level 1,282% setelah sempat menguat hingga menyentuh level 1,3%-yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2020 atau sebelum pandemi.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2021 pada hari ini. Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry usai RDG BI, Kamis (18/2/2021).
Keputusan ini sudah diperkirakan oleh pelaku pasar sebelumnya. dan sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Tahun lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 bp. Penurunan hari ini menjadi yang pertama pada 2021. Namun, BI juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 menjadi 4,3-5,3% dari yang sebelumnya 4,8-5,8%.
"Pada 2021 BI perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3-5,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2/2021).
Penurunan proyeksi tersebut dikarenakan rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020. Sehingga secara keseluruhan tahun 2020 terjadi kontraksi ekonomi sebesar 2,07%.
Perry menyebutkan ekonomi Indonesia ke depan sangat bergantung kepada pemulihan ekonomi global dan program vaksinasi nasional yang ditargetkan pemerintah selesai pada akhir 2021. BI turut mendorong ekonomi dengan sinergi bersama pemerintah.
"Sinergi 5 aspek pembukaan sektor produktif aman, akselerasi stimulus fiskal, peningkatan kredit dari perbankan dan sektor keuangan, berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, percepatan digitalisasi," jelas Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi