
Gak Ikut Bank Dunia, Airlangga Pede Ekonomi RI 2021 Tumbuh 5%

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto masih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 bisa sebesar 5%. Meski sejumlah lembaga dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan tumbuh di kisaran 4,4%-4,8%.
Optimisme ini didorong salah satunya karena perbaikan ekonomi di akhir tahun lalu, meski masih negatif namun angka PDB -2,19% pada 2020 dinilai masih lebih baik ketimbang dengan mayoritas negara di dunia. Namun hanya beberapa negara saja yang berhasil mengungguli Indonesia seperti China dan Korea Selatan.
"Berbagai lembaga mengkompromikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 akan positif 4,4%-4,8% dan tentu pemerintah menargetkan kenaikan 5%," kata Airlangga dalam sebuah webinar yang digelar Universitas Indonesia bertajuk The 20th ICMSS Capital Market FE UI, Kamis (18/2/2021).
Selain itu, program vaksinasi nasional yang telah dimulai pemerintah sejak Januari lalu dan telah masuk dalam tahap tiga saat ini. Vaksinasi ditargetkan akan dapat rampung pada tahun ini sehingga Indonesia bisa mencapai imunitas kelompok (herd immunity) di akhir tahun.
Pada tahap ketiga ini, vaksinasi telah dilakukan terhadap kelompok rentan dan kelompok pekerja dengan risiko tinggi yang mengharuskan untuk berinteraksi dengan banyak orang. Hal ini ditandai dengan telah divaksinasinya Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin.
Selain itu, tahun ini belanja pemerintah juga masih akan menjadi salah satu motor perekonomian dengan anggaran senilai Rp 579,77 triliun di tahun ini, lebih tinggi dari tahun lalu yang senilai Rp 688,3 triliun. Fokus anggaran tahun ini paling besar adalah untuk UMKM dan kesehatan.
Sentimen lainnya adalah rampungnya UU Cipta Kerja dan aturan turunannya yang dinilai akan menjadi awal yang baik untuk investasi langsung (direct investment) mulai tahun ini. Sebab, UU baru ini mencakup perbaikan dari regulasi-regulasi sebelumnya yang dinilai menyulitkan terjadinya investasi di Indonesia.
"Regulasi yang diatur adalah perbaikan ekosistem investasi, perizinan, ketenagakerjaan, dukungan usaha kecil, pengembangan usaha terkait pengembangan, pertanahan, special economic zone, administrasi pemerintah dan proyek strategis nasional," kata dia.
Dua pendorong ekonomi lainnya adalah terbentuknya Sovereign Wealth Fund (SWF) yang diberi nama Indonesia Investment Authority (INA). Lembaga ini nantinya akan menyediakan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di dalam negeri untuk jangka panjang.
"Selanjutnya pemerintah sudah melakukan tindak lanjut regulasi kementerian kemudian supporting sistem OSS (Online Single Submission) digital yang akan disiapkan. Juni akan serempak pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kawasan ekonomi khusus yang disiapkan untuk OSS, dan SDM yang disiapkan untuk OSS," terang mantan Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) ini.
Sebelumnya, duo lembaga keuangan global yang bermarkas di Washington DC (Amerika Serikat) yaitu Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini.
Dalam laporannya yang bertajuk Global Economic Prospects edisi Januari 2021, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun ini sebesar 4,4% atau 0,4 poin persentase lebih rendah dari perkiraan Juni lalu.
Sementara itu IMF juga merevisi turun prospek pertumbuhan output ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 1,3 poin persentase lebih rendah dari proyeksi Oktober 2020. Dalam laporan IMF pertumbuhan PDB RI diramal naik 4,8% tahun ini.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bangkit dari Resesi, Airlangga 'Ramal' PDB Q4 Bisa 0,6%
