
Ada Isu Dicaplok Sea Group, Siapa Pemilik Bank Bumi Arta?

Jakarta, CNBC Indonesia- Pelaku pasar kini punya primadona baru. Mereka ini adalah saham-saham yang menyandang status sebagai calon bank digital. Hanya dalam waktu singkat, sentimen bank digital mampu membuat nilai kapitalisasi pasarnya meroket tajam.
Hal-hal yang berbau teknologi apalagi digital selalu menjadi sorotan. Banyaknya populasi masyarakat Indonesia yang belum tersentuh oleh layanan keuangan formal (underserved segment) tetapi memiliki akses internet dan ponsel cerdas menjadi potensi dan kesempatan besar bagi institusi keuangan untuk melebarkan sayapnya.
Konsep branchless banking atau bank digital dinilai bisa menjadi salah satu solusi keuangan di Tanah Air. Prospek yang cerah membuat pelaku usaha melirik bisnis ini. Tidak hanya perbankan saja yang berpartisipasi, tetapi para start up juga ikutan.
Kebijakan OJK yang menuntut bank-bank BUKU I untuk meningkatkan modal menjadi peluang dan dimanfaatkan oleh pelaku usaha. Aksi konsolidasi bank pun tak terelakkan.
Salah satu perbankan yang dikabarkan menjadi incaran adalah PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA). Saham BNBA sudah terbang 271% sejak awal tahun ke level penutupan sesi pertama di harga Rp 1.165/unit.
Melihat saham BNBA yang terbang ini tentu saja akan muncul pertanyaan siapakah sebenarnya pemilik bank yang pertama kali melantai di bursa pada 1 Juni 2006 ini ?
Melansir data laporan bulanan registrasi pemegang saham KSEI, saham BNBA per 31 Januari 2021 dipegang oleh PT Surya Husada Investment (SHI) sebanyak 45,45% dan PT Dana Graha Agung sebanyak 27,27% keduanya sebagai pengendali.
Selanjutnya muncul pula PT Budiman Kencana Lestari sebanyak 18,18% dan sisanya publik sebanyak 9,1%.
Selain itu direksi dan komisaris BNBA juga turut memegang saham BNBA, dimana sang komisaris Rachmat Mulia Suryahusada yang merupakan pengendali sekaligus komisaris SHI memegang 276.500 lembar.
Menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, Rachmat Mulia Suryahusada tercatat pernah menjadi direksi di Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional Indonesia (Perbanas) dan Ikatan Bankir Indonesia. Rachamat Mulia menamatkan S1 nya di Universitas Trisakti dan mendapatkan gelar MBA di Golden Gate University, California.
Selanjutnya, Direktur Wikan Aryono memegang 314.200 lembar, Direktur Hendrik Atmaja menguasai 280.000 lembar, dan Direktur Tan Hendra Jonathan memiliki 250.000 lembar saham BNBA.
Bank Bumi Arta saat awalnya bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara.
Penggabungan usaha tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan, manajemen Bank, dan memperluas jaringan operasional Bank.
Delapan kantor cabang Bank Duta Nusantara di Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Magelang menjadi kantor cabang Bank Bumi Arta. Kantor cabang Yogyakarta dan Magelang kemudian dipindahkan ke Medan dan Bandar Lampung hingga saat ini.
Selanjutnya Seiring dengan Kebijaksanaan Pemerintah melalui Paket Oktober (PAKTO) 1988 di mana perbankan diberikan peluang yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya, dan berkat persiapan yang cukup lama dan terarah dari pengelola bank, maka pada tanggal 20 Agustus 1991 dengan persetujuan dari Bank Indonesia, Bank Bumi Arta menjadi Bank Devisa.
Bank Bumi Arta mulai melayani transaksi devisa dan hingga saat ini jaringan bank koresponden internasional Bank Bumi Arta mencakup sekitar 130 bank di berbagai benua di seluruh dunia.
Untuk memperkuat struktur permodalan, operasional Bank, dan pengelolaan Bank yang lebih profesional dan transparan, berprinsip pada Good Corporate Gorvanence dan Risk Management, maka pada tanggal 1 Juni 2006 Bank Bumi Arta melaksanakan Penawaran Umum Perdana (IPO/Initial Public Offering) dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta sebanyak 210.000.000 saham atau sebesar 9,10% dari saham yang ditempatkan, sehingga sejak saat itu Bank Bumi Arta menjadi Perseroan Terbuka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000