
Magic SWF Mulai Hilang, Saham Konstruksi Mulai Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten konstruksi pada perdagangan awal sesi I Rabu (17/2/2021) cenderung bergerak melemah. Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen positif dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) bernama Indonesia Investment Authority (INA).
Dari delapan saham konstruksi, setidaknya ada empat saham yang pagi ini melemah. Sisanya yakni 2 saham cenderung stagnan dan dua saham masih menguat.
Berikut pergerakan saham konstruksi pada pukul 09:10 WIB.
Tercatat diposisi pertama ada saham dari anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), yakni PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) yang melemah 0,8% ke level Rp 248/unit.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham WEGE telah mencapai Rp 1,7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 7 juta lembar saham. Investor asing melakukan jual bersih (net sell) di pasar reguler sebanyak Rp 34 miliar.
Berikutnya di posisi kedua ada saham anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), yakni PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang juga melemah 0,72% ke posisi Rp 276 pada pukul 09:10 WIB.
Nilai transaksi saham WSBP sudah mencapai Rp 5,4 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 19,4 juta lembar saham. Investor asing juga melakukan net sell di pasar reguler sebanyak Rp 205 miliar.
Sentimen dari SWF RI sepertinya mulai memudar karena saham konstruksi sendiri pergerakannya sudah mulai menurun dan investor asing juga melepas saham-saham konstruksi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik jajaran direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) pada Selasa (16/2/2021) kemarin.
INA diyakini akan membantu menyelesaikan persoalan keuangan emiten konstruksi yang saat ini memiliki utang (leverage) yang tinggi. INA akan menjadi sumber pembiayaan baru bagi emiten konstruksi pelat merah.
Jokowi mengatakan, pembentukan INA diperintah langsung UU Cipta kerja, kelembagaan kerja jelas sebagaimana diatur dalam PP Nomor 74/2020. INA juga dijamin menjadi institusi profesional yang dilindungi UU dan menggunakan pertimbangan profesional dalam menentukan langkah-langkah kerjanya.
Presiden Jokowi juga sebelumnya telah melantik struktur keanggotaan Dewan Pengawas (Dewas) LPI di Istana Negara. Pelantikan Dewas LPI tersebut digelar pada Rabu (27/1/2021) lalu. Prosesi pelantikan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Pemerintah telah memutuskan untuk menaruh modal awal untuk Sovereign Wealth Fund (SWF) sebesar Rp 75 triliun, di mana Rp 15 triliun berasal dari APBN 2020 dan sisanya Rp 60 triliun akan dilakukan dengan inbreng saham.
"Pemerintah telah membentuk Sovereign Wealth Fund atau Indonesia Investment Authority (INA) dengan modal Rp 75 triliun dan sudah disetor Rp 15 triliun dan sisanya dilakukan semacam inbreng saham BUMN," jelas Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Selasa (26/1/2021).
Inbreng saham adalah transaksi pemasukan harta yang tidak dalam bentuk uang tunai dalam penyertaan modal, yang bisa juga berupa aktiva di antaranya tanah, bangunan, dan aset lainnya.
Airlangga mengklaim, pemerintah telah menemui 50 investor global untuk menjaring investasi yang bisa dikelola melalui INA. Beberapa letter of interest dari berbagai negara juga dikatakan sudah dikantongi pemerintah.
"Kami sudah mendapatkan letter of interest dari US DFC, JBIC dan juga ADIA dari United Arab Emirates," tuturnya.
Dalam tahap komersial, sambung Airlangga nantinya LPI akan memiliki dua jenis pendanaan yakni master fund dan thematic fund.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Obral 3 Saham BUMN Konstruksi, Serok Cuan Dulu!