BPOM Restui Vaksin Bio Farma, Mana Saham Farmasi Termurah?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 February 2021 15:28
Menteri BUMN Erick Thohir, 7 Januari 2021/Syahrizal Sidik

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) akhirnya menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA, emergency use authorization) pada Selasa ini (16/2/2021) terhadap vaksin Sinovac yang diproduksi sendiri oleh PT Bio Farma.

Bio Farma adalah induk holding dari emiten-emiten farmasi BUMN seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan anak usaha Kimia Farma yakni PT Phapros Tbk (PEHA).

Jelang penutupan perdagangan Selasa ini, saham KAEF, INAF, dan PEHA kompak meroket.

Saham KAEF meroket 8,47% di Rp 3.970/saham, saham INAF melesat 9,67% di Rp 3.640/saham, dan saham PEHA naik 2,78% di Rp 1.480/saham.

Lantas bagaimana dengan rasio harga emiten farmasi saat ini? Mana emiten yang lebih murah?

Untuk melihat rasio harga Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua 'senjata' yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten.

PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.

Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah. PER biasanya akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.

Sementara PBV adalah metode valuasi yang membandingkan harga saham suatu emiten dengan nilai bukunya.

Semakin rendah PBV, biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

NEXT: Siapa termurah sahamnya?

Ada delapan saham emiten farmasi yang coba dianalisis, yakni KAEF, INAF, PEHA, PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), dan PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) yang fokus pada produk jarum suntik sekali pakai dan alat tes Covid-19.

Menurut data BEI pada Selasa (16/02/2021), saham KAEF diperdagangkan dengan PER 440,09 kali, sangat tinggi jika mengacu rule of thumb PER yang di bawah 10 kali. Pemilik apotek Kimia Farma ini memiliki PBV 3,21 kali.

Berdasarkan perhitunganĀ pukul 13:58 WIB, saham emiten pelat merah ini melonjak 7,92% ke posisi Rp 3,950/saham dari sebelumnya (15/2/2021) ditutup di zona merah di posisi Rp 3.660 WIB.

Emiten pelat merah lainnya, INAF, tercatat memiliki PER yang negatif -443,19 kali. PER yang negatif menunjukkan perusahaan mengalami rugi bersih. PBV INAF sangat tinggi sebesar 22,96 kali.

Setelah berada di zona merah, saat ini INAF naik 7,25% ke posisi Rp 3.540/saham.

Saham PYFA memiliki PER 27,01 kali. Emiten produsen suplemen tidur brand Insoven ini memiliki PBV 4,12 kali.

Sama dengan dua emiten pelat merah di atas, saham PYFA menguat di zona hijau 4,85% ke posisi Rp 1080/saham.

Adapun saham PEHA mencatatkan PER 19,02 kali. Rasio PBV anak usaha KAEF ini mendekati 1 kali, yakni 1,81 kali. Mengikuti induknya, saham PEHA menguat 4,51% ke level Rp 1.505/saham pada perdagangan siang ini.

Emiten selanjutnya, KLBF. Emiten produsen multivitamin Fatigon ini tercatat memiliki PER 26,44x dan PBV 4,19x. Pada perdagangan siang ini, saham KLBF tertahan di posisi Rp 1.525/saham.

Emiten produsen obat Bodrex TPSC memiliki PER yang tergolong murah, yakni 10,52 kali. PBV emiten yang didirikan pada 1953 ini juga mendekati angka 1, yakni 1,21x. Saham TPSC berada di zona hijau, naik 0,65% ke posisi RP 1.550/saham.

Emiten farmasi SIDO mencatatkan PER sebesar 25,05 kali. Emiten produsen jamu Tolak Angin ini memiliki rasio PBV 7,26 kali. Saham SIDO melemah di zona merah sebesar -1,27% ke posisi Rp 780/saham pada perdagangan siang ini.

Adapun saham IRRA memiliki PER 332 kali dan PBV 22,91 kali. Saham IRRA melesat 9,17% di level Rp 2.500/saham.

Sebagai informasi, Indonesia sudah memesan 140 juta lebih vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech. Namun hanya 3 juta dosis vaksin yang dalam bentuk jadi. Sisanya dalam bentuk bahan baku atau bulk yang kemudian diproses dan diproduksi oleh Bio Farma menjadi vaksin Covid-19.

Kepala BPOM, Penny Kusumastuti Lukito mengumumkan EUA atau izin penggunaan darurat telah diberikan pada vaksin buatan Bio Farma. Vaksin yang akan diproduksi Bio Farma itu diberi nama Vaksin COVID-19 dengan nomor EUA 2102 9075 43A1.

Walaupun sebelumnya vaksin berasal dari Sinovac, Penny menjelaskan vaksin baru ini tetap harus mendapatkan izin penggunaan yang berbeda dari vaksin Sinovac yang telah lebih dulu mendapatkan izin di Indonesia.

"Namun membutuhkan pengujian khusus dan pemberian emergency use authorization terpisah karena adanya perbedaan tempat produksi, kemasan sebelumnya single dos sekarang menjadi multiple dos lebih efisien lebih efektif," kata Penny dalam konferensi pers online, Selasa (16/2/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Terancam Krisis Jarum Suntik, Siapkah Emiten Farmasi RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular