
Beda SWF Jokowi dengan Singapura & Malaysia: Sumber Duitnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik para direksi pengelola dana kesejahteraan negara (Sovereign Wealth Fund/SWF). Ini menjadi momentum bersejarah, untuk kali pertama Indonesia memiliki SWF yang mengelola kekayaan negara dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berikut lima direksi SWF yang diperkenalkan langsung oleh Jokowi:
- Ridha DM Wirakusumah (Dirut PT Bank Permata Tbk/BNLI) sebagai CEO.
- Arief Budiman (mantan Direktur Keuangan Pertamina) sebagai Deputy CEO.
- Stefanus Ade Hadiwidjaja (Managing Director of Creador) sebagai Chief Investment Officer.
- Marita Alisjahbana (Country Risk Manager Indonesia Citi) sebagai Chief Risk Officer.
- Eddy Porwanto (eks Dirkeu PT Garuda Indonesia Tbk/GIAA, sebagai Chief Financial Officer.
"Saya perlu menegaskan bahwa lembaga pengelola investasi atau INA ini mempunyai posisi yang sangat strategis dalam percepatan pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan dan mengoptimalkan nilai aset negara jangka panjang, dan menyediakan alternatif pembiayaan bagi pembangunan nasional berkelanjutan. Keberadaan INA akan mengurangi kesenjangan kemampuan pendanaan domestik dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan. INA akan menjadi mitra strategis baik para investor dalam dan luar negeri agar tersedia pembiayaan yang cukup, khususnya program pembangunan infrastruktur nasional," papar Jokowi.
INA berbeda dengan SWF di negara-negara lain. INA mengumpulkan dana dari para investor (baik dalam dan luar negeri) untuk dikelola. INA berposisi mirip investment banking, mengelola dana nasabah agar bisa memperoleh keuntungan bersama.
Sebagai modal awal, INA mendapat suntikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 15 triliun. Dengan setoran modal dari berbagai investor, modal ini diperkirakan bisa 'beranak' sampai US$ 15 miliar (sekira Rp 208,12 triliun dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 13.875 seperti kurs tengah Bank Indonesia tertanggal 16 Februari 2021).
Duit dari INA akan dipakai sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional. Jadi tidak hanya dari perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hibah, dan utang, kini Indonesia punya sumber lain untuk membiayai pembangunan. Menaruh telur memang seharusnya jangan hanya di satu keranjang bukan?
Halaman Selanjutnya --> Di Singapura, SWF Kelola Cadangan Devisa