Rupiah Akhirnya Terpeleset, Masih Bisa Berlari Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 February 2021 12:52
Karyawan menunjukkan pecahan uang dollar di salah satu tempat penukaran uang di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jumat (16/3/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya terpeleset alias berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Selasa (16/2/2021). Di awal perdagangan tadi, rupiah sempat menguat cukup tajam melanjutkan kinerja positif awal pekan kemarin.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% di level Rp 13.890/US$. Apresiasi rupiah semakin menebal hingga 0,36% ke Rp 13.860/US$, level terkuat sejak 4 Januari lalu.

Namun, menjelang tengah hari penguatan rupiah terus terpangkas hingga akhirnya berbalik melemah 0,07% di Rp 13.920/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Indeks dolar AS yang kembali merosot serta membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah perkasa. Apalagi, awal pekan kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mencatat surplus.

Kepala BPS Suhariyanto melaporkan nilai impor bulan lalu adalah US$ 13,34 miliar. Turun 6,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 15,3 miliar, maka neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 1,96 miliar. Surplus neraca perdagangan sudah terjadi selama sembilan bulan beruntun.

Dengan neraca dagang yang masih membukukan surplus, transaksi berjalan (current account) kemungkinan juga masih akan surplus di kuartal I-2021. Surplus transaksi berjalan tersebut akan menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Namun, penguatan rupiah terganjal oleh Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis nanti. BI sebelumnya memberikan sinyal peluang suku bunga kembali diturunkan, sebab pemulihan ekonomi Indonesia masih di bawah ekspektasi BI.

Pada kuartal IV-2020, ekonomi Indonesia tumbuh -2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). BI sempat memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air bisa tumbuh positif pada kuartal pamungkas tahun lalu.

"Sejujurnya ini di bawah ekspektasi. Memang arahnya ada perbaikan, tetapi tidak secepat yang kami perkirakan," tutur Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR

Oleh karena itu, Perry mengungkapkan bahwa bank sentral membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun apakah ruang itu akan dimanfaatkan atau tidak, tergantung dinamika nilai tukar rupiah.

Melihat nilai tukar rupiah yang cukup stabil belakangan ini, bahkan mulai menguat, tentunya peluang dipangkasnya suku bunga semakin besar.

Rupiah juga terlihat sulit untuk bangkit di sisa perdagangan hari ini, terlihat dari kurs non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54Kurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp13.857,50Rp13.924,0
1 BulanRp13.895,00Rp13.955,0
2 BulanRp13.980,50Rp13.996,0
3 BulanRp13.981,50Rp14.041,0
6 BulanRp14.123,50Rp14.180,0
9 BulanRp14.271,00Rp14.320,0
1 TahunRp14.396,00Rp14.473,0
2 TahunRp15.159,00Rp15.175,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular