Punya Target Laba Agresif, Ini 3 Potensi Bisnis BTN di 2021

Yuni Astutik & Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 February 2021 17:40
Plt Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), Nixon Napitupulu.
Foto: Plt Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), Nixon Napitupulu.

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memiliki beberapa fokus penting tahun 2021 dalam mengembangkan bisnis ke depan, sejalan dengan prospek perbaikan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mengejar target laba hingga Rp 2,8 triliun pada tahun ini.

Plt Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengatakan fokus pertama adalah proyek konstruksi perumahan yang mulai berjalan. Proyek perumahan segmen menengah-atas yang sebelumnya tertunda sudah mulai berjalan, peluang untuk meningkatkan KPR di melalui Kerjasama dengan Top Developer dan penjualan secara langsung (Direct to Consumer).

Kedua, pengembangan value chain perumahan. Dengan mulai berjalannya proyek perumahan, terdapat potensi untuk mengembangkan bisnis SME berbasis value chain sektor perumahan.

"Ketiga, peluang bisnis transaksional percepatan digital disruption. Virtual dan cashless lifestyle menjadi semakin masif, menjadi potensi pengembangan bisnis secara digital, sehingga penetrasi Fintech dan eCommerce menjadi semakin masif," ujar Nixon.

Adapun Bank BTN juga menargetkan beberapa hal terkait bisnis bank untuk tahun ini. Kredit bisa tumbuh di kisaran 7-9%. Kemudian Dana Pihak Ketiga (DPK) bisa tumbuh 7-9%.

Rasio Non Performing Loan (NPL) berada di kisaran 3,5-3,7%. Dan yang terakhir laba bersih bisa meningkat hingga 75% menjadi di kisaran Rp 2,5-2,8 triliun.

Sebagai informasi, membukukan laba bersih Rp 1,6 triliun pada 2020. Angka tersebut melesat 700% dibandingkan perolehan laba bersih 2019 yang tercatat hanya Rp 209 miliar.

"Bisa dibilang, bukan hemat CKPN, tapi laba operasional pra-provisi atau sebelum pencadangan tumbuh, laba operasional tumbuh 400%. Non housing turun, tapi housing subsidi tumbuh 8,63%. KPR, sekarang sudah Rp 200 triliun, di mana subsidi Rp 120 T, non subsidi Rp 79 triliun - Rp 80 triliun," kata Nixon.

Sebelumnya Nixon membeberkan, sumber laba terbesar adalah penghematan dari biaya cost of fund. Sama seperti 2020, likuiditas BTN pada 2021 cenderung longgar sehingga biaya dana masih dapat ditekan. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, loan to deposits (LDR) BTN biasanya di atas 100%.

"Digitalisasi juga penting. Kami menutup outlet sebanyak ratusan yang merupakan outlet kantor kas yang tidak produktif. Apalagi transaksi sudah 90% lebih di e-channel," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rights Issue, Laba BTN Moncer Hingga November 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular