
KPR Bank BTN Tembus Rp 235 T di 2020, Rumah Subsidi Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengungkapkan penyaluran kredit di tahun 2020 mencapai Rp 260,11 triliun, naik 1,68% dari periode Desember 2019 yakni sebesar Rp 255,83 triliun.
Dari jumlah itu, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank BTN di tahun lalu dominan 90,26% dari total kredit yakni mencapai Rp 234,79 triliun, naik 2,29% dari Desember 2019 yakni Rp 229,52 triliun.
Jika ditelisik lebih dalam, KPR subsidi melesat 8,63% menjadi Rp 120,72 triliun (46,41% dari total kredit) dari tahun sebelumnya Rp 111,13 triliun (43,44% dari total kredit).
Adapun KPR non-subsidi justru turun 0,88% menjadi Rp 79,94 triliun (30,73% dari total kredit) dari tahun sebelumnya Rp 80,65 triliun (31,52% dari total kredit).
Kredit konstruksi KPR juga minus 9,56% menjadi Rp 27,87 triliun dari Rp 29,71 triliun. Sementara itu, kredit non-KPR juga minus 3,70% menjadi Rp 25,33 triliun dari Rp 26,30 triliun.
Plt Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu menjelaskan penurunan memang terjadi kredit non-housing. Tapi kabar baiknya kredit KPR subsidi naik 8,63%.
"Kredit KPR sekarang sudah Rp 200 triliunan, di mana KPR subsidi Rp 120 triliun, non-subsidi Rp 79-80 triliun, sedikit minus karena terutama KPR harga Rp 1 miliaran turun dan KPA [kredit pemilikan apartemen] turun," kata Nixon.
"[Kredit rumah] di bawah Rp 300 juta non subsidi masih ada peluang tumbuh. KPR sudah positif 3%, proyeksi di akhir 2021 bisa tumbuh 8%," katanya dalam paparan kinerja 2020 di Jakarta, Senin (15/2/2021).
![]() Kinerja Kredit BTN/dok BTN |
Dari sisi laba, Bank BTN membukukan laba bersih Rp 1,6 triliun pada 2020. Angka tersebut melesat 700% dibandingkan perolehan laba bersih 2019 yang tercatat hanya Rp 200 miliar.
"Bisa dibilang, bukan hemat CKPN [Cadangan Kerugian Penurunan Nilai], tapi laba operasional pra-provisi atau sebelum pencadangan tumbuh, laba operasional tumbuh 400%. Non-housing turun, tapi housing subsidi tumbuh 8,63%," katanya.
Selama 2020, perseroan menerapkan beberapa inisiatif strategi, pertama, dari penerapan GCG yang mencolok di BTN dengan menerapkan whistle blower system, dikelola oleh pihak independen, berada di luar, dan ditunjuk oleh Bank BTN dan komisaris.
"Sehingga kami bisa mendapatkan berita atau informasi atau penyimpangan yang terjadi di BTN secara lebih cepat. Dari sistem ini ada yang ditindanjuti jadi temuan audit.
Kedua, proses bisnis di mana dilakukan proses operasional kredit konsumer. Dengan cara ini bisnis proses lebih sehat. Kredit diputus dalam setahun terakhir 0,14% menunggak, kalau angka mengecil, maka kredit bermasalah (NPL) di masa depan akan mengecil.
"Di komersial, kita lakukan sentralisasi proses kredit dan sudah mulai jalan di 2020 di Bintaro. Dengan cara ini prosesnya lebih cepat, cutting the proses."
Ketiga, penguatan permodalan, di 2020. "Kami menerbitkan subdebt [obligasi subordinasi] US$ 300 juta, 12 kali oversubscribed [kelebihan permintaan] dan waktu itu saya yakin gak ada yang bisa ngulangin, begitu selesai dan duit masuk, yang subscribed US$ 4,2 juta. Setelah itu Covid-19. Ini jadi salah satu transaksi keuangan terbaik di Indonesia. Kualitas kredit lakukan penjualan Rp 167 miliar, kita akan dorong terus ke depannya."
"Mengenai efisiensi kami melakukan efisiensi proses, kalau pengadaan di cabang kita tarik ke pusat. Transaksi digital makin banyak, kantor kas yang selama ini konvensional makin menurun, karena pindah ke digital.Efisiensi kita benar-benar turun tanpa harus melakukan PHK."
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Baik! Kredit BTN di November Mulai Menggeliat 1%
