Laba Melesat 665%, BTN Patahkan 'Kutukan' 71 Tahun

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 February 2021 16:00
Bank BTN (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidiq)
Foto: Bank BTN (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidiq)

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) memiliki masalah laten nan pelik sejak berpuluh-puluh tahun lalu, yakni likuiditas yang ketat. Hal ini disebabkan karena fokus utama dari BTN adalah kredit pemilikan rumah (KPR) yang memiliki tenor yang sangat panjang.

Berbekal simpanan, giro, dan deposito -yang bertenor sangat pendek di bawah 1 tahun- BTN menyalurkan KPR dengan tenor 15 tahun bahkan 20 tahun. Hal ini yang membuat loan to deposit ratio (LDR) BTN kerap di atas 100%, bahkan di atas 110%.

Sebagian pembiayaan BTN harus dimodali dengan penerbitan surat berharga yang tentunya memiliki biaya dana (cost of fund) jauh lebih mahal daripada dana pihak ketiga (DPK). Bahkan sebagian pembiayaan harus dikeluarkan dari balance sheet untuk menjadi underlying efek beragun aset (EBA)

Namun, 'kutukan' business model yang telah berjalan selama 71 tahun ini ternyata dipatahkan di 2020, tahun pandemi Covid-19. LDR BTN pada tahun lalu berhasil ditekan ke level optimal di 93,19%.

"Bank ini dari 71 tahun lalu masalahnya dari itu LDR. I'm very happy, karena saat ini LDR-nya gak masalah. Itu persoalan 71 tahun dan selesai di 2020, yang menariknya selesai di era Covid-19," ujar Plt Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu, dalam paparan kinerja 2020 Senin (15/2/2021).

Penurunan LDR ditopang oleh melesatnya DPK sebesar 23,84% menjadi Rp 279,14 triliun. Sementara, kredit tumbuh 1,68% menjadi Rp 260,11 triliun. Pertumbuhan DPK ditopang oleh giro yang melesat 38,24%. BTN mengelola giro sebesar Rp 72,04 triliun di akhir 2020. Sementara itu, tabungan tercatat Rp 42,72 triliun dan deposito Rp 164,37 triliun.

Hal ini otomatis menurunkan biaya dana BTN dari 6,08% di akhir 2019 menjadi 4,58% pada akhir 2020. Khusus DPK, biaya dana turun dari 5,61% di akhir 2019 menjadi 4% di akhir 2021.

Nixon mengatakan bahwa direksi akan menjaga LDR di angka yang optimal nan menguntungkan. "Kami akan maintain 95-98% itu angka yang cocok buat BTN, sehingga marjin optimal. Itu yang kita mau jaga, semua rasio likuiditas oke," ujarnya.

Sebagai informasi, penurunan biaya dana menjadi salah satu faktor BTN berhasil membukukan laba bersih Rp 1,6 triliun pada 2020. Angka tersebut melesat 665% dibandingkan perolehan laba bersih 2019 yang tercatat hanya Rp 209 miliar.

"Bisa dibilang, bukan hemat CKPN, tapi laba operasional pra-provisi atau sebelum pencadangan tumbuh, laba operasional tumbuh 400%. Non housing turun, tapi housing subsidi tumbuh 8,63%. KPR, sekarang sudah Rp 200 triliun, di mana subsidi Rp 120 T, non subsidi Rp 79 triliun - Rp 80 triliun," kata Nixon.

Nixon menambahkan KPR dan KPA mengalami penurunan, khusus untuk segmen rumah dan apartemen senilai Rp 1 miliar. Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN pada 2020 mengalami kenaikan. Dengan demikian LDR turun ke 93%.

"Kita sepakat, LDR gak akan terlalu rendah juga, akan maintain 95-98%, itu angka cocok, sehingga marjin optimal. Semua rasio likuiditas oke. Cost of fund desember turun 4,79%. Ini luar biasa, DPK tumbuh cost turun," kata Nixon.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article LDR Longgar, BNI Punya Modal Kuat Ekspansi Kredit di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular