
87% HMETD BBTN Ditebus, Dana Segar Sudah Masuk Rp 3,57 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang berakhirnya masa rights issue PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), investor semakin agresif melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Hingga Rabu (4/1/2023) atau H-1, sudah 86,75% HMETD ditebus menjadi saham baru BBTN.
Berdasarkan keterbukaan informasi, sebanyak 423,07 juta unit HMETD berkode BBTN-R telah dilaksanakan pada Rabu kemarin. Dengan harga pelaksanan Rp 1.200, jumlah HMETD yang ditebus setara dengan Rp 518,49 miliar.
Secara akumulasi sejak 28 Desember 2022 hingga 3 Januari 2023, total HMETD yang ditebus sebanyak 2,98 miliar unit. Jumlah ini setara dengan 86,75% dari seluruh HMETD yang berjumlah 3,44 miliar. Dengan posisi H-1 berakhirnya masa pelaksanaan HMETD, BBTN sudah mendapatkan tambahan modal segar Rp 3,57 triliun.
Sekedar mengingatkan, kesempatan bagi investor untuk melaksanakan HMETD BBTN akan berakhir pada hari ini Kamis (5/1/2023). Bila terserap sepenuhnya, maka BBTN akan mendapatkan tambahan modal baru Rp 4,13 triliun.
Dalam aksi korporasi ini, para pemegang saham BBTN bisa melaksanakan HMETD di luar porsi yang dimiliki apabila masih ada HMETD yang belum dilaksanakan oleh pemegang saham lainnya hingga akhir masa pelaksanaan.
Bila masih ada sisa saham yang belum ditebus, maka CIMB Niaga Sekuritas sebagai pembeli siaga atau standby buyer akan menyerap sisa saham dengan jumlah maksimal 83,33 juta saham atau setara dengan nilai Rp 99,99 miliar.
Menurut sejumlah analis, tingginya minat investor terhadap rights issue BBTN, dipengaruhi oleh valuasi yang menarik serta prospek emiten ini ke depan. Dari sisi valuasi, harga pelaksanaan HMETD BTN masih di bawah 1x price to book value (PBV), sementara saham bank besar rata-rata sudah di atas 2x PBV.
"Bila kita tarik ke 5 tahun terakhir, saham BBTN tidak pernah menyentuh Rp1.200, kecuali ketika IHSG terjun bebas pada masa awal pandemi Covid-19. Jadi valuasi rights issue BBTN sangat menarik," ujar Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi.
Sebelumnya Analis Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya mengatakan, rights issue BBTN kali ini memiliki valuasi lebih murah dibandingkan IPO dan rights issue BBTN sebelumnya. Pada 2009, BTN menggelar IPO dengan melepas 2,36 miliar saham baru dengan harga saham perdana Rp 800. Nilai itu setara dengan 1,5x price to book value (PBV) BTN sebelum IPO.
Sedangkan rights issue BTN tahun 2012, melepas 1,51 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 1.235 atau setara dengan 1,3x PBV. Kala itu nilai buku per saham BTN sebelum rights issue di sekitar Rp920
Setelah 10 tahun berlalu, nilai buku per saham BBTN telah menembus Rp 2.039. Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp1.200 berarti setara dengan 0,58x PBV. Secara nominal, harga pelaksanaan RI pada 10 tahun lalu juga lebih tinggi, dibandingkan harga RI tahun ini.
"Artinya ini kesempatan bagi investor untuk mendapatkan saham BTN dengan harga lebih rendah dibandingkan pemegang saham lama BTN. Ini hal yang langka terjadi di emiten bank besar," ujarnya.
Dari lantai bursa, volume perdagangan saham BBTN melonjak dalam 2 hari terakhir. Pada Rabu kemarin sebanyak 964 ribu lot saham BBTN ditransaksikan dengan nilai Rp 127,46 miliar. Sementara itu pada Selasa (3/1/2023), sebanyak 677 ribu lot saham BBTN berpindah tangan dengan nilai Rp 89,04 miliar. Sebagai perbandingan rata-rata volume perdagangan saham BBTN pada Desember 2022 tercatat 206 ribu lot per hari dengan nilai Rp 28,99 miliar.
Tingginya lonjakan transaksi saham BBTN diikuti oleh akumulasi dari investor asing. Sejak 27 Desember hingga 4 Januari, Investor asing mencatatkan nilai beli bersih (net foreign buy) Rp 37,98 miliar.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rights Issue, Laba BTN Moncer Hingga November 2022