Jelang Libur Imlek, Harga SBN Ditutup Beragam

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 February 2021 18:09
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Kamis (11/2/2021) ditutup beragam, di tengah minimnya sentimen dari kawasan Asia, karena sepinya pasar keuangan di kawasan tersebut.

SBN berseri FR0061, FR0087, dan FR0088 dengan masing-masing bertenor 1 tahun, 10 tahun, 15 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan imbal hasil (yield). Sedangkan sisanya ramai dikoleksi oleh investor yang ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield.

Adapun yield SBN dengan seri FR0087 bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 0,5 basis poin ke level 6,24%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pasar keuangan regional (Asia) hari ini relatif sepi, di mana mayoritas telah berakhir pada Rabu (10/2/2021) untuk perdagangan pekan ini karena libur tahun baru imlek. Alhasil sentimen yang ada di kawasan Asia relatif minim.

Namun, untuk pasar keuangan dalam negeri dan Amerika Serikat (AS) masih tetap dibuka seperti biasanya.

Di dalam negeri, kabar baik dari melandainya kasus terjangkit virus corona (Covid-19) di Tanah Air masih menjadi sentimen positif. Sebelumnya Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona melandai 3 hari berturut-turut.

Data pada Rabu (10/2/2020) hingga pukul 12.00 WIB menunjukkan ada 8.776 kasus baru, atau di bawah angka rerata harian 10.000. Namun, pelaku pasar masih memilih menunggu perkembangan vaksinasi. Per 9 Februari 2021, total vaksin yang sudah disuntikkan ke rakyat baru 1.066.860 dosis. Angka rata-rata tujuh harian ada di 59.800 dosis/hari.

Sementara itu di AS, tren kebijakan moneter ultra-longgar sepertinya masih akan dilakukan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Dalam pidato di Economic Club of New York, Ketua Bank Sentral AS Jerome 'Jay' Powell menegaskan bahwa butuh komitmen bersama untuk mewujudkan penciptaan lapangan kerja maksimal (maximum employment).

"Dengan begitu banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan mungkin masih akan sulit mendapat pekerjaan selepas pandemi, mencapai maximum employment tidak hanya membutuhkan dukungan kebijakan moneter. Diperlukan komitmen nasional, dengan kontribusi dari pemerintah dan sektor swasta," tegas Powell, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pernyataan Powell menyiratkan bahwa kebijakan moneter akomodatif masih akan bertahan dalam waktu lama, sampai pasar tenaga kerja pulih. Saat ini lapangan kerja di Negeri Adikuasa masih sembilan juta lebih sedikit ketimbang tahun lalu.

Artinya, The Fed masih akan mempertahankan suku bunga ultra-rendah plus pembelian aset di pasat keuangan (quantitative easing) yang bernilai puluhan miliar dolar AS setiap bulannya. Likuiditas tetap akan longgar dan berlimpah, bekal untuk melanjutkan reli di pasar keuangan.

"Sentimen di pasar keuangan sangat positif. Pasar diuntungkan oleh tren suku bunga rendah dan suntikan likuiditas dari bank sentral," kata Dara White, Global Head of Emerging Markets Equity di Columbia Threadneedle Investment, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular